Kamis, 28 Juli 2016

Menyaksikan Langit dari Istana Majapahit

Bak istana diatas awan, gerombolan kabut siang itu seakan ikut meramaikan suasana candi dari kejauhan. Kelabu langit Dusun Cetho tak menyurutkan semangat para wisatawan untuk datang berlibur sekedar menikmati decak kagum pada sang pencipta. Dari ketinggian 1.400 meter diatas permukaan laut ini kita dapat merasakan sejarah terakhir umat Hindu di Pulau Jawa sekaligus saksi bisu peninggalan budaya Hindu abad ke-14 pada masa akhir pemerintahan Majapahit.
Warga sekitar menamainya Candi “cetho” . Dari bahasa jawa yang berarti “jelas”. Disini, kita bisa melihat jelas hamparan hijau pemandangan kebun teh kemuning sekaligus penampakan wajah empat gunung sekitar dari kejauhan (Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, dan Gunung Sumbing) dan menyaksikan sunset yang sangat cantik jika disaksikan saat langit tidak berawan dan berkabut. Sampai saat ini, Candi Cetho masih dijadikan tempat beribadah dan pemujaan masyarakat Dusun Cetho yang beragama Hindu. Candi ini terletak di lereng Gunung Lawu, Desa Cetho, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jalanan berkelok serta tanjakan curam untuk menuju lokasi candi ini, kian menambah syahdu perjalanan kami siang itu.
Gapura Depan Candi Cetho
Sebelum memasuki gapura candi, pengunjung diharuskan membayar tiket masuk seharga Rp 7000 rupiah untuk wisatawan lokal, dan Rp 25000 rupiah untuk wisatawan mancanegara. Begitu juga dengan harga tiket parkir seharga Rp 3000 rupiah. Setelah membayar tiket masuk candi, pengunjung diberikan kain kampuh (semacam selendang batik corak kotak-kotak hitam putih) untuk dipakaikan dengan cara diikat dibagian pinggang seperti memakai rok. Penggunaan kain kampuh itu sebagai bentuk penghormatan pengunjung kepada tempat ibadah umat Hindu. Setelah itu, barulah pengunjung masuk melalui undakan tangga utama dan disuguhkan pemandangan wajah gapura setinggi kurang lebih 5 meter yang bersuasanakan Pulau Bali. Tentu saja, bangunan gapura seperti di Pulau Bali ini merupakan ciri khas bentuk candi Hindu pada masa Kerajaan Majapahit.
Bagi wisatawan yang punya jam kerja padat, tenang saja, candi cetho buka setiap hari sejak pukul 09:00 sampai pukul 17:00 WIB. Anda bisa datang kapan saja kecuali saat ada acara rutin atau ritual khusus ibadah. Karena, saat ritual pengunjung tidak bisa leluasa berjalan-jalan mengitari candi seperti hari biasa. Pengunjung hanya bisa menyaksikan ritual tersebut di pelataran. Seperti acara rutin ritus suci upacara Madasiya yang digelar tiap enam bulan sekali pada hari Selasa Kliwon, di halaman punden. Ritual ini menyuguhkan sesajian bersarankan nasi tumpeng, buah, bunga, air, dan dupa yang memiliki makna jika warga Desa Ceto dan sekitarnya menyampaikan rasa terima kasih sekaligus memohon agar Krincing Wesi (leluhur masyarakat cetho yang bertapa dipetilasan trap kedua candi) tetap menjaga keselamatan mereka. Masyarakat sekitar juga mempercayai adanya kesialan yang terjadi jika seorang wanita yang sedang haid atau datang bulan melewati arca bulus (kura-kura) pada undakan kedua candi tersebut. Maka, pada awal masuk gapura candi sudah dituliskan “wanita haid dilarang masuk” untuk mengantisipasi ancaman kepercayaan tersebut.
Patung Dewi Saraswati
Rute perjalanan kami berawal dari Kota Solo menggunakan moda transportasi roda dua atau sepeda motor. Selain murah, motor juga sebagai sarana transportasi yang bisa menjangkau segala medan perjalanan. Akses menuju Candi Cetho ini terbilang masih sulit bagi para pengunjung yang berniat menggunakan transportasi umum. Jadi, pengunjung diharuskan membawa kendaraan pribadi untuk dapat sampai ke lokasi wisata candi ini dengan mudah. Bagi warga Solo dan sekitarnya, perjalanan menuju Candi Cetho tentunya tidaklah sulit. Dari Tawangmangu, anda menuju arah Karangpandan, lalu menuju Ngargoyoso. Setelah itu, anda akan lebih mudah menemukan petunjuk arah menuju Candi Cetho. Apalagi, kemajuan teknologi saat ini semakin mempermudah pengunjung menggunakan GPS (Global Positioning System) setiap saat. Jangan khawatir, biaya keseluruhan perjalanan menuju candi cetho dari Solo dan sekitarnya tidak lebih dari Rp 50000 rupiah per orangnya. Bahkan kisaran biaya tersebut masih bisa diminimalisir jika anda membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Nah, bagi para traveler luar kota yang akan pergi bersama rombongan maupun yang lebih suka bersama pasangan saja, menggunakan transportasi kreta adalah pilihan tepat karena anda bisa turun di Stasiun Puwosari yang lebih dekat menuju lokasi. Ada baiknya pula anda siapkan biaya penyewaan mobil atau motor sebelum hari keberangkatan. Banyak rental mobil dan motor yang menawarkan harga murah dalam seharinya. Tentunya, semua informasi itu harus anda cari pada teman dekat atau kerabat yang memahami daerah tersebut. Pergi bersama banyak teman atau rombongan akan lebih menghemat pengeluaran dengan sistem iuran. Dengan menghemat, anda dan teman-teman bisa mempersiapkan agenda untuk mengunjungi lokasi wisata lainnya.
Deras hujan terus mencumbui kami sejak awal perjalanan. Tentunya, segala perlengkapan saat hujan sudah kami persiapkan sebelum keberangkatan. Seperti jas hujan, jaket anti air, raincover untuk tas, sandal anti selip, hingga pakaian ganti jika suatu saat dibutuhkan. Hawa dingin mulai terasa sejak kami memasuki kawasan Dusun Cetho. Suhu udara yang mencapai 15 derajat celcius ini mengingatkan kita untuk membawa perlengkapan baju hangat atau jaket tebal untuk keperluan di lokasi. Kami sarankan juga untuk membawa payung saat musim hujan tiba, karena dilokasi candi tidak menyediakan penyewaan payung saat musim hujan. Derasnya rintik hujan ternayata berjalan beriringan dengan semangat kami untuk tetap fokus menikmati suasana candi. Meski kabut menutupi pemandangan sekitar, Candi Cetho tetap menawan bagi para penikmat kedamaian.
Candi Cetho punya daya magnetis sendiri bagi para wisatawan. Selain karena kita dapat merasakan keberadaan seperti di istana atas awan, kita juga disuguhkan cerita Raja Brawijaya V pada masa kerajaan Majapahit yang melakukan persembunyiannya sebelum moksa ke puncak lawu sebab sedang dikejar oleh Raden Patah dari Demak. Bagi Anda pecinta sejarah, atau gemar mengunjungi lokasi bersejarah, Candi Cetho adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Anda dapat merasakan kehidupan kerajaan pada abad XV atau tahun 1475 Masehi. Jangan khawatir, bagi wisatawan yang kurang menyukai sejarah, Candi Cetho adalah lokasi menarik dan strategis untuk berfoto mode siluet dan menyaksikan keindahan sunset saat rona langit memerah kehitaman sekaligus merasakan euforia menjadi warga kerajaan tertinggi di pulau Jawa. (Ina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar