Bak istana diatas awan,
gerombolan kabut siang itu seakan ikut meramaikan suasana candi dari kejauhan.
Kelabu langit Dusun Cetho tak menyurutkan semangat para wisatawan untuk datang
berlibur sekedar menikmati decak kagum pada sang pencipta. Dari ketinggian
1.400 meter diatas permukaan laut ini kita dapat merasakan sejarah terakhir
umat Hindu di Pulau Jawa sekaligus saksi bisu peninggalan budaya Hindu abad
ke-14 pada masa akhir pemerintahan Majapahit.
Warga sekitar menamainya Candi
“cetho” . Dari bahasa jawa yang berarti “jelas”. Disini, kita bisa melihat
jelas hamparan hijau pemandangan kebun teh kemuning sekaligus penampakan wajah
empat gunung sekitar dari kejauhan (Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, dan
Gunung Sumbing) dan menyaksikan sunset yang sangat cantik jika disaksikan saat
langit tidak berawan dan berkabut. Sampai saat ini, Candi Cetho masih
dijadikan tempat beribadah dan pemujaan masyarakat Dusun Cetho yang beragama
Hindu. Candi ini terletak di lereng Gunung Lawu, Desa Cetho, Kecamatan Jenawi,
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jalanan berkelok serta tanjakan curam untuk
menuju lokasi candi ini, kian menambah syahdu perjalanan kami siang itu.
![]() |
Gapura Depan Candi Cetho |
Sebelum memasuki gapura candi,
pengunjung diharuskan membayar tiket masuk seharga Rp 7000 rupiah untuk
wisatawan lokal, dan Rp 25000 rupiah untuk wisatawan mancanegara. Begitu juga
dengan harga tiket parkir seharga Rp 3000 rupiah. Setelah membayar tiket masuk
candi, pengunjung diberikan kain kampuh (semacam selendang batik corak
kotak-kotak hitam putih) untuk dipakaikan dengan cara diikat dibagian pinggang
seperti memakai rok. Penggunaan kain kampuh itu sebagai bentuk penghormatan
pengunjung kepada tempat ibadah umat Hindu. Setelah itu, barulah pengunjung
masuk melalui undakan tangga utama dan disuguhkan pemandangan wajah gapura
setinggi kurang lebih 5 meter yang bersuasanakan Pulau Bali. Tentu saja,
bangunan gapura seperti di Pulau Bali ini merupakan ciri khas bentuk candi
Hindu pada masa Kerajaan Majapahit.
Bagi wisatawan yang punya jam
kerja padat, tenang saja, candi cetho buka setiap hari sejak pukul 09:00 sampai
pukul 17:00 WIB. Anda bisa datang kapan saja kecuali saat ada acara rutin atau
ritual khusus ibadah. Karena, saat ritual pengunjung tidak bisa leluasa
berjalan-jalan mengitari candi seperti hari biasa. Pengunjung hanya bisa
menyaksikan ritual tersebut di pelataran. Seperti acara rutin ritus suci
upacara Madasiya yang digelar tiap enam bulan sekali pada hari Selasa Kliwon,
di halaman punden. Ritual ini menyuguhkan sesajian bersarankan nasi tumpeng,
buah, bunga, air, dan dupa yang memiliki makna jika warga Desa Ceto dan
sekitarnya menyampaikan rasa terima kasih sekaligus memohon agar Krincing Wesi
(leluhur masyarakat cetho yang bertapa dipetilasan trap kedua candi) tetap
menjaga keselamatan mereka. Masyarakat sekitar juga mempercayai adanya kesialan
yang terjadi jika seorang wanita yang sedang haid atau datang bulan melewati
arca bulus (kura-kura) pada undakan kedua candi tersebut. Maka, pada awal masuk
gapura candi sudah dituliskan “wanita haid dilarang masuk” untuk mengantisipasi
ancaman kepercayaan tersebut.
![]() |
Patung Dewi Saraswati |
Rute perjalanan kami berawal dari
Kota Solo menggunakan moda transportasi roda dua atau sepeda motor. Selain
murah, motor juga sebagai sarana transportasi yang bisa menjangkau segala medan
perjalanan. Akses menuju Candi Cetho ini terbilang masih sulit bagi para
pengunjung yang berniat menggunakan transportasi umum. Jadi, pengunjung
diharuskan membawa kendaraan pribadi untuk dapat sampai ke lokasi wisata candi
ini dengan mudah. Bagi warga Solo dan sekitarnya, perjalanan menuju Candi Cetho
tentunya tidaklah sulit. Dari Tawangmangu, anda menuju arah Karangpandan, lalu
menuju Ngargoyoso. Setelah itu, anda akan lebih mudah menemukan petunjuk arah
menuju Candi Cetho. Apalagi, kemajuan teknologi saat ini semakin mempermudah
pengunjung menggunakan GPS (Global Positioning System) setiap saat. Jangan
khawatir, biaya keseluruhan perjalanan menuju candi cetho dari Solo dan sekitarnya
tidak lebih dari Rp 50000 rupiah per orangnya. Bahkan kisaran biaya tersebut
masih bisa diminimalisir jika anda membawa bekal makanan dan minuman dari
rumah. Nah, bagi para traveler luar kota yang akan pergi bersama rombongan
maupun yang lebih suka bersama pasangan saja, menggunakan transportasi kreta
adalah pilihan tepat karena anda bisa turun di Stasiun Puwosari yang lebih
dekat menuju lokasi. Ada baiknya pula anda siapkan biaya penyewaan mobil atau
motor sebelum hari keberangkatan. Banyak rental mobil dan motor yang menawarkan
harga murah dalam seharinya. Tentunya, semua informasi itu harus anda cari pada
teman dekat atau kerabat yang memahami daerah tersebut. Pergi bersama banyak
teman atau rombongan akan lebih menghemat pengeluaran dengan sistem iuran.
Dengan menghemat, anda dan teman-teman bisa mempersiapkan agenda untuk
mengunjungi lokasi wisata lainnya.
Deras hujan terus mencumbui kami
sejak awal perjalanan. Tentunya, segala perlengkapan saat hujan sudah kami
persiapkan sebelum keberangkatan. Seperti jas hujan, jaket anti air, raincover
untuk tas, sandal anti selip, hingga pakaian ganti jika suatu saat dibutuhkan.
Hawa dingin mulai terasa sejak kami memasuki kawasan Dusun Cetho. Suhu udara
yang mencapai 15 derajat celcius ini mengingatkan kita untuk membawa
perlengkapan baju hangat atau jaket tebal untuk keperluan di lokasi. Kami
sarankan juga untuk membawa payung saat musim hujan tiba, karena dilokasi candi
tidak menyediakan penyewaan payung saat musim hujan. Derasnya rintik hujan
ternayata berjalan beriringan dengan semangat kami untuk tetap fokus menikmati
suasana candi. Meski kabut menutupi pemandangan sekitar, Candi Cetho tetap
menawan bagi para penikmat kedamaian.
Candi Cetho punya daya magnetis
sendiri bagi para wisatawan. Selain karena kita dapat merasakan keberadaan
seperti di istana atas awan, kita juga disuguhkan cerita Raja Brawijaya V pada
masa kerajaan Majapahit yang melakukan persembunyiannya sebelum moksa ke puncak
lawu sebab sedang dikejar oleh Raden Patah dari Demak. Bagi Anda pecinta
sejarah, atau gemar mengunjungi lokasi bersejarah, Candi Cetho adalah destinasi
yang wajib dikunjungi. Anda dapat merasakan kehidupan kerajaan pada abad XV
atau tahun 1475 Masehi. Jangan khawatir, bagi wisatawan yang kurang menyukai
sejarah, Candi Cetho adalah lokasi menarik dan strategis untuk berfoto mode
siluet dan menyaksikan keindahan sunset saat rona langit memerah kehitaman
sekaligus merasakan euforia menjadi warga kerajaan tertinggi di pulau Jawa. (Ina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar