Kamis, 28 Juli 2016

PUNAKAWAN PLESIRAN

(sebuah naskah drama)
                                                                Oleh  Nano Suharno   

Lagu dalam teks ini sebagian diambil dari naskah Republik Petruk karya NN.

BAGIAN I
SEBUAH TEMPAT PEMBANGUNAN BARU DI AMARTA. PEMBANGUNAN CANDI MUKADIMAYA. SEBUAH BANGUNAN CANDI WAJAH YANG BELUM SELESAI DAN BERPAGAR SENG. DIBELAKANG BANGUNAN ITU DUA GUNUNGAN BESAR MENGAPIT DALAM KEADAAN TERBALIK.
AMARTA SEDANG MENYELENGGARAKAN PROYEK BESAR-BESARAN. BERHARI-HARI, BERMINGGU-MINGGU, BERBULAN-BULAN SUDAH PROYEK BESAR ITU BERJALAN. SEMUA WARGA RESAH MELIHAT PARA PEMIMPINYA SIBUK DENGAN KEPENTINGANYA SENDIRI. PARA PANDAWA LUPA KALAU SEBENARNYA MEREKA ADALAH PEMIMPIN, KALAU MEREKA ADALAH KESATRIA, PANUTAN SELURUH UMAT MAYAPADA.
DITENGAH KESIBUKAN PEMBANGUNAN ITU, SELURUH RAKYAT AMARTA BERKUMPUL, MENYERBU DAN PROTES. MEREKA MENUNTUT AGAR PARA PANDAWA KEMBALI KEPADA KODRATNYA. MEMIMPIN KERAJAAN AMARTA SEBAGAIMANA MESTINYA. MENJADI SAHABAT PARA KAWULA.
Koor para rakyat
Bangunlah para satria amarta
Bukalah mata dan baca keadaan
Jangan bersembunyi menutup telinga
Bukalah nurani jangan cuma berdandan
Bangunlah para satria amarta
Berhenti menyenang-nyenangkan diri sendiri
Janganberbangga sebagai keturunun dewa
Bukalah nurani dan ayo mawas diri
Kami kawula menuntut keadilan
Keluarlah dan hadapi kenyataan
Kami kawula butuh satu tindakan
Beri kami arti hentikan pembodohan
Keluar! Keluar! Keluar!
Jangan bersembunyi dibalik kebesaran gelar!
PARA RAKYAT SELESAI MENYANYI DAN LANGSUNG MENGGEDOR-GEDOR SENG PEMBATAS PROYEK. SUASANA BEGITU RIUH. RAKYAT AMARTA BENAR-BENAR MARAH. DALAM KEADAAN YANG BEGITU TEGANG, MUNCULAH PARA PANDAWA DENGAN PERLAHAN DAN BERPOSE SEPERTI MODEL-MODEL IKLAN.
Para Pandawa
Iki do ngopo?
SELURUH RAKYAT YANG SEMULA BERINGAS SEKETIKA MENJADI GOBLOK MENYAKSIKAN KEANEHAN SIKAP PARA PANDAWA. LALU DENGAN SATU HENTAKAN BERUBAHLAH PARA PANDAWA DENGAN GAYA DALAM WAYANG ORANG.
Yudhistira
Sekalian rakyat Amarta yang aku cintai, Apa maksud kedatangan kalian kemari?
Bima
Iya! Kok rame-rame begini! Mau ngajak perang apa? Jangan sampai Bharatayudha terulang kedua kalinya.
Arjuna
Benar kakang, cukup di film dan di cerita-cerita saja perang itu terjadi.
Nakula
Hati-hati kalian! Kalau sampai kakang Werkudara ini ngamuk, lalu mengeluarkan kuku pancanakanya. Waaaa..
Sadewa
Hahahaha (memotong pembicaraan nakula dengan tertawa) Dua raksasa sakti bernama Rukmuka dan Rukmakala aja dedel duwel, apalagi bakteri-bakteri macam kalian ini.
PARA PANDAWA TERTAWA TERBAHAK-BAHAK MENDENGAR PERNYATAAN SADEWA. LALU TIBA-TIBA SALAH SATU PEMIMPIN ROMBONGAN PROTES ITU MENYELA.
Ketua Rombongan
Halah sak karepmu! Prabu-prabu semua tidak usah bertele-tele! Lebih baik segera katakan apa yang sebenarnya ndoro prabu semua ini lakukan. Sehingga melupakan kami, melupakan tugas ndoro prabu semua. Ndoro semua berbangga menjadi ksatria, tapi melupakan bagaimana seharusnya para satria bersikap.
Para Pandawa
Oh menuntut jawaban? Baik!
Para Pandawa langsung menyanyi
Kami disini membangun candi
Membangun mukadimaya untuk kita semua
Biar amarta eksis dan terkenal di tivi-tivi
Berhentilah berkata dan ayo bekerja
Para rakyat menyambut nyanyian Pandawa
Kami tak perduli dengan janji-janji
Kami butuh bukti jangan di dustai
Biarkan badan hancur yang penting hati jujur
Tak perduli perang asalkan kita di dengarkan
Para Pandawa menyambut lagi
Hey kalian rakyat jelata jangan asal bicara
Kami disini sebagai ksatria amarta
Tidak mungkin dusta kepada rakyatnya
Kalau tidak percaya silahkan bbm dewa
Hahahahahahhaa
Mari membangun, membangun Mukadimaya
Siapkan jiwa dengan semangat membara
Tidak usah ragu, usir rasa curiga
Tunaikan tugas suci, kalahkan mulia Dewa
PARA RAKYAT AMARTA MENJAWAB KOMPAK SAMBIL MENGUMPAT
Rakyat amarta
Asuuuu! Tidak!
Para Pandawa
Serius? Ada honornya lo?
Rakyat Amarta
Emoh!
SETELAH MENJAWAB BEGITU SELURUH RAKYAT AMARTA MASUK DENGAN SOMBONG. MEREKA SEPERTI HENDAK MENANTANG PARA PANDAWA. TAPI TIBA-TIBA MEREKA MENJAWAB KOMPAK DENGAN GAYA MANJA.
Rakyat Amarta
Mauuuu..
SELURUH PANDAWA TERTAWA PUAS MENDENGAR JAWABAN RAKYATNYA. KEMUDIAN BIMA MEMERINTAHKAN UNTUK SEGERA BERGABUNG KEDALAM.
Bima
Baiklah. Segera masuk! Dan kita bangun Mukadimaya-Mukadimaya kita.

Rakyat Amarta
Ayooo! (semangat)
KEMUDIAN DENGAN ANTUSIAS DAN SAMBIL MENYANYI BERSAMA PARA PANDAWA SELURUH RAKYAT AMARTA MEMASUKI AREA PEMBANGUNAN.
Koor Bersama
Mari membangun, membangun mukadimaya
Siapkan jiwa dengan semangat membara
Tidak usah ragu, usir rasa curiga
Tunaikan tugas suci, kalahkan mulia Dewa
SETELAH SEMUA RAKYAT AMARTA BERADA DI DALAM, GERBANG KEMBALI DITUTUP. BERSAMAAN DENGAN ITU LAMPU FADE OUT.
BAGIAN II
DI ATAS KAHYANGAN. PETRUK, GARENG DAN BAGONG SEDANG BERSENDAU-GURAU. SEPERTI BIASA, MEREKA MENEMBANG DAN BERCANDA. SEBUAH KEINDAHAN DAN KEDAMAIAN KAHYANGAN. SIAPAPUN, ENTAH DEWA APALAGI MANUSIA AKAN BETAH TINGGAL DI ATAS KETENTRAMAN SEGALA KETENTRAMAN ITU. DUNIA SEDANG TERLENA, PUNAKAWAN DIABAIKAN.   SEHINGGA PARA PUNAKAWAN BERLIBUR DI KAHYANGAN. MENEMUI BATARA GURU UNTUK ENTAH BEBERAPA LAMA.
TEMBANG PEMBUKAAN GORO-GORO
Sepuluh unsur merawat alam
Masing-masing saling berkaitan
Satu rusak bahaya mengancam
Sepuluh unsur menjaga hara
Ingatlah itu jangan abaikan
Dan inilah sepuluh unsur itu
Eka. Daratan, sumber utama bahan makanan
Dwi. Sawah, ladang, petani bercocok tanam
Tri. Gunung, pemaku bumi menyelaraskan
Catur. Samudra, penyimpan energi masa depan
Panca. Berbagai macam daun dan tumbuhan
Sat. Padang pengembalaan bagi segala hewan
Saptha. Insan yang sempurna ilmu dan ibadahnya
Astha. Alam raya gudang harta tanpa rupa
Nawa. Satu raja dewa yang pantas disembah
Dasa. Raja bijak mutiara diantara manusia
Sepuluh unsur-sepuluh unsur
Kami hanya mampu bersyukur
Rajalah yang kuasa mengatur 2x
Bagong
Waduuuhh.. enak tenan! Liburan diatas kahyangan!
Petruk
Tul, Gong! Dahsyat sekali pokoknya. Kita itu seperti raja rasanya.
Bagong
Wuuh iya , Kang Petruk! Apalagi kalau mendengar lagu yang kita dendangkan tadi. Wuiiihh!
Gareng
Halah! Memangnya kamu tahu apa artinya lagu tadi, Gong?
Bagong
Enggak, Kang!

Petruk
Huu goblok!
Bagong
Memangnya, Kang Petruk tahu?
Petruk
Woooo! Ya tahu! Tapi karena aku tidak mau dianggap sebagai adik yang durhaka, maka biarkan Kang Gareng yang menjelaskan. hehe
Gareng
Halah. Ya sama aja Truk! Syair itu biasanya diucapkan dalang dalam pembukaan adegan goro-goro. Adegan kita yang terkenal itu. Syair itu mengajarkan kita bagaimana seharusnya menjaga ekosistem alam. Sepuluh unsur itu harus selalu berimbang dalam menjaga kelangsungan hidup. Jika salah satunya rusak, maka akan menimbulkan suatu masalah yang besar. Contohnya..
Bagong
(memotong tiba-tiba dan menjelaskan dengan semangat) pembakaran hutan yang tidak di dasari dengan etika-etika alam. Sehingga menimbulkan banyak persoalan. Kabut asap dimana-mana. Menyebabkan penduduk terlunta-lunta, anak-anak kecil terkena ISPA, perekonomian macet, kehidupan tidak berlangsung dengan baik. Bahkan dipaksa berhenti. Padahal itu hanya kepentingan satu pihak. Tanpa mementingkan pihak yang lain. Mereka yang mendalangi ongkang-ongkang sambil udut! Pelaku pembakarnya bingung karena api tak kunjung padam. Padahal mereka hanya diberi ongkos buat beli bensin sama makan. Mereka tidak tahu apa-apa, dan menjadi kambing hitam dari seluruh kejahatan kapital yang mendarah daging! Tapi rakyat memang harus menerima dengan besar hati. Legowo dan harus paham, bahwa ini bencana musim kemarau. Preek! Jalan pintas membakar hutan tanpa memperhitungkan unsur-unsur keseimbanganya itu pembunuhan terhadap masyarakat yang di paksa goblok! Mereka justru harus hidup dalam ketidakpastian sikap pemimpinya yang terlanjur edan! Membiarkan perusahaan kapital yang mementingkan perut sendiri tanpa mau tahu bahwa berjuta-juta rakyat akan menderita dalam diam, karena memang harus bungkam! Paling banter mereka cuma update status, sama upload video yang menyatakan marah dan prihatin. Karena memang hanya itu yang bisa dilakukan. Begitulah uang menciptakan kejahatanya. Membabi-buta dan memangsa apa saja. Termasuk daging saudaranya sendiri. Kalau kemiskinan paling-paling kejahatanya cuma nyuri beras, perampokan yang sedikit digertak beres! Nah, seperti itulah  contohnya, Kang Gareng!
PETRUK DAN GARENG TERBENGONG-BENGONG MENYAKSIKAN BAGONG YANG PIDATO SAMBIL MARAH-MARAH. MEREKA BINGUNG DENGAN APA YANG DIBICARAKAN BAGONG.
Gareng
(sambil menelan ludah) Kehidupan macam apa itu, Gong? Negri apa yang hidupnya begitu?
Bagong
(sombong) entahlah kang! Mungkin negri...
Petruk
(memotong) Tapi setahuku itu bukan di Amarta, Gong! Amarta tidak begitu melangsungkan hidupnya. Mereka mengusir semua perusahaan asing, dan berdiri sendiri dengan gagah.
Bagong
Iya po, Kang? (bingung)
Gareng
Lha yang kamu bicarakan itu dimana kejadianya, Gong?
Bagong
Waaah.. itu negri twitter Kang. Aku baca di twitter soalnya.
Petruk dan Gareng
Owalah negri burung. (kemudian mereka tertawa bersama)
Petruk
(bingung dan masih mengganjal dengan apa yang tadi dibicarakan Bagong) tunggu-tunggu.. tapi sebenarnya buat apa kamu tadi sok pinter pidato di depan kita? Biar di kira hebat dan di puji-puji ya. Wahh…
Gareng
Biar dianggap pahlawan gitu, Gong? Kamu ini tidak boleh menyebarkan isu yang tidak-tidak. Apalagi kamu tidak tahu dasarnya. Nanti kamu nggobloki banyak orang.
Bagong
Betul juga ya kang? Aku itu ternyata selain goblok juga sombong ya kang?
Petruk dan gareng bersamaan
Yes!
Bagong
Alhamdulillah! Diakui secara demokrasi.
Petruk
Sak karepmu Gong! eh ngomong-ngomong enak banget ya kita liburan ini. Kahyangan ini betul-betul enak. Rasanya sudah lama sekali kita enggak turun ke bumi. Apa kabar ya Raden Arjuna DSK?
Gareng
Apa itu DSK, Truk?
Petruk
Dan Sanak Keluarga. hahaha


Gareng
Ohh asem tenan! Nah, menurut kabar yang aku baca di twitter, mereka itu sekarang jadi artis,Truk. Sama kayak kita, lagi cuti, bedanya mereka cutinya dari kelir wayang. Katanya bayaranya murah, lagian sudah tidak ada yang nanggap.
Bagong
He’eh. Aku juga kang. Waktu itu aku di instagram lihat para Pandawa dan Kurawa itu poto-poto sama artis bule-bule. Mantap Jaya abadi, yo kang?
Petruk
Pikiranmu itu kok selalu persoalan berkembang biak,Gong!
Gareng
Hahaha. Weh lha iya ya, Truk. Tiba-tiba terlintas dalam benakku, kalo seandaianya waktu perang Bharatayudha terjadi itu ketika sedang ngetren smartphone gini,sedahsyat apa ya perangnya? Kalau dulu kan kita langsung adu kesaktian. Tenaga dalam. Meskipun tidak ketemu, bisa langsung mutah getih ditempat.
Petruk
Lha ya kalo sekarang pasti semakin canggih, Kang Gareng.
Bagong
Weeh pasti mereka perangnya lewat Sosial Media. Pandawa update “he kurawa kamu itu raksasa yang kurang gizi. Besar-besar tapi goblok. sambil dikasih emoticon ngece bergambar Petruk”
MENDENGAR PERNYATAAN BAGONG YANG IMAJINATIF ITU, SEKETIKA GARENG TERTAWA TAPI PETRUK MALAH MRENGUT.
Petruk
Ndasmu! Kok aku jadi korbanya. Lha terus gimana dengan pihak Kurawa, Gong?

Gareng
Pasti Kurawa langsung terbang menuju Amarta dan menggempurnya.
Bagong
Eee tunggu dulu Kang. Tidak mungkin. Kesaktian mereka kan sudah luntur. Sebab mereka ndak pernah tirakatan. Kerjanya ya Cuma suting pelm, makan, tidur dan berkembang biak. Mereka ndak mau kalah. Mereka update status lebih keras “he guys! Ternyata Pandawa itu banci. Ganteng-ganteng tapi beraninya menusuk lewat status. Sambil dikasih emoticon Rahwana bawa kipas”
Gareng dan Petruk tertawa
Gareng
Dan selanjutnya sudah bisa ditebak. Mereka saling hajar lewat status.
Gareng, Petruk, Bagong
 Ciee..
Petruk
Kang gareng, aku ini sebenarnya sedih walaupun kita sedang berbahagia begini.
Bagong
Lha kenapa kang? Gak punya gagdet ya? Waahh..
Petruk
Bukan begitu Gong! aku sedih karena kita berlibur tanpa ditemani Papa Semar.
Gareng
Oohhh anak Papa banget lu!
Bagong
Eh.. tapi bener lo, Kang Gareng. Papa Semar itu kelewatan. Kita diajak liburan malah kita ditinggal disini. Kemana sebenarnya gerangan, Papa Semar?
Gareng
Gong, Truk, Romo Semar itu Dewa, jangan disamakan dengan kita-kita. Dewa ya liburanya pasti beda.
Bagong
Wahh pasti Dady Semar liburanya ke salon, creambath kuncungnya itu. Soalnya pusing mikirin negara yang pemimpinya punya hobi aneh.
Petruk
Sok tahu kamu, Gong.
Bagong
Jangan salah, Kang Petruk. Apa yang saya bicarakan ini benar. Pemimpin kok hobinya lempar batu sembunyikan uang. Weeh ya pusing Dady Semar.
Petruk
Hati-hati, Gong! kalau jaman bapak pembangunan berani bilang gitu, gak pulang kerumah kamu. Di dor ditempat!
Bagong
Wah! Jangan gitu, Kang. Aku tidak mungkin mengulangi masa lalu itu. (tiba-tiba puitis) Perpisahan itu begitu menggelisahkan. Aku di bungkam dalam kegelapan. Dan aku tidak tahu..
Gareng
(dipotong secara tiba-tiba) halah sok melankolis, Gong! Kalau bicara itu mbok di analisis. Romo Semar itu sedang liburan di langit sap tujuh untuk menemui adiknya,Sang Raja Dewa. Romo sedang menemui Batara Guru. Karena Batara Guru sering BBM RomoSemar. Kangen katanya. Jadi sekalian RomoSemar semedi disana.
Bagong
Owalah.. romo itu diam-diam saktinya minta ampun ya kang? Bisa kelangit sap tujuh.
Petruk
Sakti ya sakti Gong. Tapi kok tega itu lho kita gak diajakin.
Bagong
Memangnya kamu bisa ke langit sap tujuh, Kang?
Gareng
Nah itulah alasan Romo Semar meninggalkan kita disini. Karena kita hanya bisa mencapai kahyangan yang pertama ini. Hanya Romo Semar satu-satunya manusia yang bisa terbang kesana. Karena RomoSemar adalah Batara yang ngejawantah.
Petruk
Lha kenapa kita tidak diajak terbang kesana, Kang?
Bagong
Nanti pesawatnya ndak kuat. Lha wong  bawa Romo Semar aja udah kayak bawa manusia seluruh dunia kok.
Gareng
Kamu itu kok bangga kalo ngawur, Gong! bukan begitu maksudnya. Masksudnya, Romo Semar adalah wujud gambaran untuk panutan seluruh umat manusia. Dulu karena Romo Semar ini mampu menelan gunung jamurdipa, maka Romo Semar juga lambang dari alam semesta.
Petruk
Memangnya ngapain Papa Semar semedi kesana, Kang? Kan Papa Semar itu sudah hebat, sakti mandraguna, keturunan Dewa lagi.

Gareng
Katanya Romo Semar, dia itu sedang mengasah Ajimat Kalimasada miliknya. Untuk kepentingan seluruh umat manusia.
Bagong
Weeeh Papa Semar itu suka begitu. Lha wong para manusia tidak pernah menghargai kita. Datang cuma saat butuh aja. Kalau tidak butuh ya sudah. Preek!Paling banter mereka itu datang ke kita kalau kuotanya habis. Dengan dalih kangen. Pengen hiburan. Alasan klasik!
Petruk
Betul. Apalagi sekarang mereka sedang sibuk membangun candi Mukadimaya. Di twitter, instagram, dan di dunia-dunia maya lainya, mereka itu sedang gencar promosi. Katanya pembangunan itu untuk menghormati jaman yang semakin maju ini. Agar kehebatan yang sedang di capai Negri Amarta ini tidak dilupakan oleh cucu-cicitnya.
Bagong
Jangankan di dunia maya kang. Di dunia nyata justru lebih gila! Mereka sebenarnya sedang terlena dengan jaman yang katanya super canggih ini. Mereka lupa kalau sebenarnya mereka itu Satria. Panutan seluruh umat mayapada, yang sudah seharusnya menebar kebajikan, jujur dalam bersikap, bijaksana dalam bertindak.
Petruk
Betul Gong. sekarang ini, semuanya serba aneh. Kehidupan itu sudah bolak-balik. Mereka  itu kumpul-kumpul, urun rembug seolah-olah demi kepentingan bersama, demi kesejahteraan bersama, demi kebahagiaan umat, padahal di kepala-kepala mereka itu membawa kepentinganya masing-masing. Kalau di ingatkan malah bandel. Yaaahhh
Bagong
Berarti kan hal-hal yang begitu tadi cuma dijadikan bedok ya,Kang?
Petruk
Kedok Gong!
Bagong
Lho! Lha memang ada bedanya Kang?
Petruk
Kalau bedok itu ditabuh bunyi, lha kalau kedok ditabuh sembunyi.
BAGONG DAN PETRUK TERTAWA BERSAMAAN. TIBA-TIBA DARI BELAKANG MEREKA TANPA MEREKA SADARI GARENG SUDAH SIAP MENGHANTAM MEREKA. SAAT MEREKA MENOLEH KE BELAKANG MEREKA TERKEJUT. DAN TERJADILAH KEJAR-KEJARAN DIANTARA MEREKA.
Bagong dan Petruk
Lho kang! Kang! Apa ini kang! Jangan kang, jangan pukul dedek.
Gareng
Asem tenan! Bocah podo ora waras! Malah menggunjing! Hobi ya kalian! Suka kalau ada para Gustinya sedang di timpa musibah! Katanya setiap hal yang terjadi itu nasib. Jadi wajar kalau manusia khilaf. Eh, malah digunjingkan! Terus apa bedanya kalian dengan manusia yang kalian gunjingkan itu, ha?
PETRUK DAN BAGONG HANYA MENGGELENGKAN KEPALA. KEMUDIAN GARENG MENGHAMPIRI KEDUA ADIKNYA DENGAN TATAPAN KASIH SAYANG.
Gareng
Lahh.. kok kita malah jadi berantem-beranteman gini to le. Ayo! Daripada kita marahan lebih baik kita nyanyi saja, menghibur diri.
Petruk dan Bagong
Setuju kang!
Bagong
Lha niatnya kita kesini kan mau liburan.
Petruk
Betul. Happy-happy kang.
Gareng
Yasudah, ayo!
MENYANYIKAN TEMBANG “GUNDUL-GUNDUL PACUL” DAN BERSENANG-SENANGLAH MEREKA. KEMUDIAN PERLAHAN SUASANA BERUBAH, KETIGA PUNAKAWAN KELUAR. LAMPU PERLAHAN FADE OUT. 
BAGIAN III
BUMI SEDANG DALAM KEADAAN KACAU. SUARA-SUARA PEMBANGUNAN SIANG MALAM TAK PERNAH BERHENTI. PARA PANDAWA DAN SELURUH RAKYAT AMARTA SIBUK DI DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN ITU. MEREKA MEMBENTUK GENK-GENK. GENK YUDHISTIRA, ARJUNA, BIMA, NAKULA, DAN GENK SADEWA.
ADEGAN ITU DIMULAI DENGAN PERLAHAN SAMPAI LAMA-KELAMAAN MENJADI BEGITU RIUH, CHAOS DAN AKHIRNYA MEREKA KELELAHAN MENGHADAP BANGUNAN CANDI MUKADIMAYA YANG SAMA SEKALI TAK BERTAMBAH BENTUKNYA. AKHIRNYA MEREKA SEGERA MENGADAKAN RAPAT BESAR-BESARAN.
Bima
Stop! Stop! Stop! Hentikan. Kita istirahat! Kumpul!
SETELAH SEMUA RAKYAT DAN PANDAWA BERKUMPUL, BIMA MELANJUTKAN INSTRUKSINYA
Bima
Kurang asin!! Kenapa candi ini tak kunjung jadi kakang? Kita harus membicarakanya secara khusus.
Nakula
ini semacam kita menggambar di dalam air kakang.
Sadewa
Lalu apa hubunganya dengan kurang asin?

Arjuna
Tidak ada hubunganya, dinda. Maksud kakang Bima dan dinda Nakula, Pasti ada yang menganggu pekerjaan kita ini.
Bima
Begitulah adanya dengan perasaanku adinda Arjuna. Sudah kita curahkan seluruh tenaga, harta benda, pikiran, dan perasaan tapi candi kita ini tak kunjung rampung.
Nakula
Padahal kita juga sudah mengorbankan harga diri.
Sadewa
Bukan hanya korban harga diri, kita juga mengorbankan harga rupiah, kakang.
Yudhistira
Jika begitu, siapa gerangan yang sampai berani mengganggu pekerjaan kita ini?
Bima
Ampun kakang. Saya tidak menuduh, tapi kita tahu siapa lagi tokoh jahat dalam dunia pewayangan kalau bukan pihak Kurawa and the genk.
Arjuna
Begitulah sekiranya dalam benak hamba juga,Kakang. Tapi setahu saya, mereka sedang sibuk syuting film. Jadi mereka tidak ikut dalam cerita ini.
Nakula
Oh begitu. (menggebu-gebu) Atau mungkin bencana asap gara-gara kebakaran hutan di daerah utara yang tidak segera kita tangani itu juga menjadi penyebabnya, kakang.
Sadewa
Betul kakang, Saya curiga dengan adanya pembakaran alas mbleber untuk pembukaan lahan baru itu juga mengganggu kakang. Karena asapnya menyebar hampir ke sebagian wilayah Amarta. Dan itu membuat sebagian rakyat tidak suka dan akhirnya mengguna-guna pekerjaan kita. Karena mereka pasti beranganggapan bahwa kita sebagai pelakunya, dan juga secara moral kita dianggap sebagai pemimpin yang tidak bertanggung jawab.
Yudhistira
Itu di Indonesia bukan di Amarta. Yang teliti kalau baca berita!
NAKULA DAN SADEWA AKHIRNYA SALING MENYALAHKAN KARENA SALAH MEMBACA BERITA. KEMUDIAN TIBA-TIBA DARI GEROMBOLAN RAKYAT MENYELA KETUA ROMBONGANYA.

Ketua Rombongan
Ampun Prabu. Kalau hamba boleh urun rembug. Hamba ingin menyampaikan sesuatu.
Yudhistira
Silahkan, sampaikan saja. Siapa tahu bisa membantu memecahkan persoalan yang pelik ini.
Bima
Tapi awas jangan sampai salah baca berita seperti Nakula sama Sadewa!
Ketua Rombongan
Ampun Prabu. Sepertinya persoalan ini tidak akan pernah selesai jika kita terus berdebat tanpa ujung begini, Prabu. Kenapa kita tidak meminta pertolongan kepada Prabu Kresna saja.
Yudhistira
Betul juga usulmu itu. Bagaimana...
Bima
Tidak bisa,Kakang. Kanda Kresna sedang jumpa fans di luar negri.
Semua pemain
Waduuhh!
KEADAAN MENJADI RICUH, MEREKA SALING BEREMBUG TAPI TAK KUNJUNG MENEMUKAN SOLUSI. DITENGAH KEKACAUAN ITU, TIBA-TIBA KELIMA ISTRI PANDAWA MUNCUL DARI ARAH YANG TIDAK MEREKA KETAHUI. DEWI RAHINA ISTRI PRABU YUDHISTIRA, DEWI ARIMBI ISTRI BIMA, DEWI SUMBADRA ISTRI RADEN ARJUNA, DEWI SRENGGANAWATI ISTRI NAKULA, DEWI SRENGGINIWATI ISTRI SADEWA. MEREKA LANGSUNG MENYERANG DAN MARAH-MARAH KEPADA SUAMINYA MASING.
Dewi Rahina
Kakang prabu. Sebagai wanita, apalagi sebagai permaisuri aku ingin mengutarakan isi hati. Kebikjasanaan seorang raja bukanlah hal yang lagi istimewa apabila permaisurinya tidak merasa bahagia.  Bagaimana mungkin kakanda mengatakan bahwa ini adalah suatu kebijakan untuk menuju kebajikan, jika rumah tangga kakanda sudah tidak kakanda perhatikan. Aku ingin menuntut sebagai permaisuri. Pembangunan candi bukanlah satu-satunya kepentingan kakanda. Apalagi kami para permaisuri ini tidak di ajak bicara. Kami menuntut sebagai wanita, kenapa kami dilupakan? Kenapa kami tidak di anggap lagi untuk ikut andil dalam memikirkan kemajuan negara? Kami ingin kakanda semua sadar. Dan kembali sebagai ksatria yang menjunjung tinggi kebenaran dalam bertindak!
Dewi Arimbi
Cukup Dewi, saya juga ingin curhat! Kakang! Kami-kami para permaisuri ini datang kesini karena ingin menuntut! kami menuntut karena kami tidak di ajak bicara dan di cuekin. Karena kami tidak tahu untuk apa sebenarnya candi ini di bangun. Tidak ada gunanya. Karena menurut kami..
Dewi Sumbadra
(menyela obrolan Dewi Arimbi dengan lembut) Kakang Arjuna..
Dewi Arimbi
(marah kepada Dewi Sumbadra karena dia belum selesai) Dinda! Aku belum selesai. Sabar dinda. Sabar.
Dewi Srengganawati
Tidak bisa Dewi. Dewi harus adil. Mentang-mentang Dewi lebih tua, Dewi mau seenaknya saja.
Dewi Sringginiwati
Iya Dewi Arimbi mau main senior-senioran ya? Harus Dewi tahu ya, kita ini juga sudah tidak sabar mau nglabrak suami-suami kita yang tidak tahu diri ini!
Dewi Arimbi
Jangan asal menuduh ya! Kalian ini memang sukanya menyerobot. Antri dong!
Dewi Rahina
Sudahlah dinda. Kita disini kan mau ngelabrak bukan mau berkelahi..
Dewi Arimbi
Tidak bisa dinda.. ini masalah harga diri..
Bima
Sudah-sudah! Sebenarnya kalian ini kenapa? Kok malah berantem. Katakan dengan jujur..
Para Pandawa
Mau apa kalian kesini? Ada masalah apa? Jelaskan secara akademik!
Para Istri Pandawa
Secara istilah kami Demo! Secara bahasa kami menuntut! Secara hati.. (tiba-tiba manja) ingin diperhatikan.
LANGSUNG PARA DEWI MENARIK SUAMI MASING-MASING DAN BERMANJA-MANJA MINTA DI PERHATIKAN.
Bima
Hentikan! Kita tidak bisa terus begini. Apalagi keinginan istri-istri kita ini tidak jelas. Tidak bisa di analisis. Pakai istilah aja salah-salah.
Dewi Arimbi
Memangnya Kakang tahu secara jelas apa isi hati kami. Ini masalah hati Kakang. Jangan di sama-samakan dengan teori yang selalu harus jelas. Kakang! Sadar kakang! Kakang sebenarnya sedang terlena.
Dewi Rahina
Betul Kakang.. jawablah dengan baik. Apa sebetulnya tujuan pembangunan candi ini kakang? Jangan terlena dengan keindahan duniawi. Semuanya hanya tipudaya kenikmatan sementara. Kakang jangan merendahkan diri sebagai ksatria Amarta. Jawab kakang! Jangan hanya pakai otak! Tapi pakai hati juga.
Dewi Sumbadra
Kalau ada teori tentang cinta aku beli bukunya kakang. Ini masalah hati kakang! Hati tetaplah hati! Jangan menuruti hawa nafsumu kakang! Ingatlah tugas-tugasmu sebagai ksatria Amarta.
Dewi Srengganawati
Kami ingin diperhatikan, Kakang. Alangkah hinanya yang kakang lakukan ini. Meskipun sebenarnya niat kakang ini baik. Tetapi aku takut kalau kakang terlalu jauh.
Dewi Srengginiwati
Kami ingin disayang, Kakang. Pikirkanlah kembali. Renungkan baik-baik Kakang! Niat yang baik tidak selamanya baik, jika tidak diiringi dengan kesadaran dan keseimbangan. Sadar, kakang!

Arjuna
Sudahlah! Lebih baik kalian pulang dan silahkan belanja ke mall sesuka hati. Kami sedang tidak ingin di ganggu. Apalagi malah sok dinasehati!
Yudhistira
Biarkan kami menyelesaikan permasalahan kami. Bukan maksud kami melupakan kalian, para istri. Tetapi kami sedang melaksanakan tugas penting untuk kesejahteraan Amarta. Pulanglah dan kami akan tambah jatah belanjanya.
Para Istri Pandawa
Tidak cukup!
Bima
(dengan gaya seperti penyair) Bisa di simpulkan dengan jelas. Bahwa perempuan tidak hanya butuh laki-laki cerdas, dan kaya. (tiba-tiba bingung dan menangis) lha terus apa?
Dewi Rahina
Cinta bukan selalu dengan uang kakang.
Dewi Sumbadra
Kebahagiaan tidak bisa di beli seharga apapun.
Dewi Arimbi
Kasih sayang bukan berarti belanja di mall.
Dewi Srengganawati Dan Dewi Srenggginiwati
Dasar! Laki-laki tidak peka!
Para Pandawa
Kalau begitu, apa yang kalian inginkan?
Para Istri Pandawa
Kami ingin dibelai, di perhatikan, di sayang, dan dicintai!
DITENGAH KEADAAN YANG SEMAKIN SEMRAWUT ITU MUNCULLAH DEWI KUNTHI TIBA-TIBA DENGAN WAJAH MURUNG DAN SEDIH MELIHAT PUTRA-PUTRINYA KACAU BALAU.


DewiKunthi
Anak-anakku, ada apa dengan kalian? Kenapa kalian begitu kacau? Kenapa kalian tidak bisa berpikir jernih sebagaimana harusnya kesatria? Candi yang kalian bangun bukanlah candi yang sebenarnya candi. Kalian sebenarnya sedang terlena. Banyak hal yang sebenarnya adalah tanggung jawab kalian. Mensejahterakan rakyat bukan dengan mengajaknya bersenang-senang dan akhirnya lupa diri. Sadarlah anak-anakku. Carilah para punakawan. Mintalah Jimat Kalimasada. Karena kalian sedang membutuhkanya. Candi ini akan sempurna hanya dengan Kalimasada.
Yudhistira
Ampun ibunda. Ampun beribu ampun. Kami minta maaf jika selama ini terlalu memikirkan diri sendiri dan melupakan banyak hal. Tetapi titah ibunda tetap akan kami laksanakan. Karena kami tetap harus menyelesaikan candi ini. Kami harus tetap membangun, meskipun banyak orang yang beranggapan bahwa kami tidak adil. Termasuk para istri kami. Karena kami sedang membutuhkan ini untuk kepentingan pemerintahan Amarta.
Para Istri Pandawa
Kalau begitu kita minta cerai! (langsung keluar panggung)
Para Pandawa
Dinda!..
Dewi Kunthi
Ibunda tidak bisa mencegah keinginan kalian. Tidak ada kata terlambat, anak-anaku. Tapi bencilah dengan penyesalan.
DEWI KUNTHI JUGA IKUT MENINGGALKAN MEREKA YANG SEDANG BINGUNG ANTARA MEMILIH MENERUSKAN PEMBANGUNAN CANDI ATAU MENDENGARKAN KEMAUAN ISTRI. TAPI MEREKA TETAP MEMUTUSKAN UNTUK MENERUSKAN PEMBANGUNAN CANDI ITU.
Yudhistira
Dinda Bima, perintahkan seluruh rakyat untuk pergi menjemput Kakang Semar dan anak-anaknya. Kita akan meminta nasihat sekaligus meminta Jimat Kalimasada.
Bima
Baiklah! Rakyatku sekalian! Bangun! Meskipun kita sedang di uji dengan kemurkaan istri-istri kita. Tetapi itu semua jangan sampai mengganggu semangat kita dalam membangun candi. Ayo! Kita pergi bersama-sama ke Karang Tumaritis, kita boyong para punakawan untuk meminta jimat kalimasada.
Seluruh Rakyat Amarta
Ayo!!
BAGIAN IV
SELURUH RAKYAT AMARTA PERGI BERSAMA DENGAN PENUH SEMANGAT. BERANGKAT KE KARANG TUMARITIS MENJEMPUT PARA PUNAKAWAN. NAMUN, TIBA-TIBA DARI BANGKU PENONTON, SEGEROMBOLAN PENONTON MENGHENTIKAN LANGKAH MEREKA.
Penonton 1
Mas, mas jangan ke Tumaritis, para Punakawan tidak ada disana.
Bima
Lho siapa itu? Berani-beraninya mengganggu pertunjukan.
Penonton 2
Iya mas, jangan ke tumaritis, nanti ceritanya makin lama. Kita sudah capek nih.
Penonton 3
Betul mas, masak pertunjukan lama-lama. Kita masih ada kepentingan lain nih.
Penonton 4
Iya nih mas. Pacar saya udah ngajakin pulang nih.
Penonton 5
Besok kita harus kerja mas. Gak Cuma nonton teater. Anak istri butuh makan.
Para Pemain
Stage manager! Mana stage managernya?
Bima
Ini ada penonton rusuh nih. Gimana sih panitianya ini?
Stage Manager
Iya maaf mas, maaf. (kepada operator lampu) mas tolong hidupin lampu penontonya mas. (kepada penonton) mas, mbak, kalau mas sama mbaknya udah gak bisa ngikutin pertunjukanya mas sama mbaknya pulang aja. Pertunjukanya masih lama ini..

Para Penonton
Lha gimana kita mau keluar. Pintunya di tutup mas. Kami gak boleh keluar.
Penonton 1
Kami juga udah bayar nih mas! Gimana sih!
Stage Manager
Masak sih bayar mas? Mana Pimpronya?
Pimpro
(Keluar sambil setengah berlari) eh.. jangan sembarangan ya mas! Ini gratis! Tanpa di pungut biaya sepeserpun. Ini pasti ada calo-calo yang menipu mas, sama mbak-mbaknya.
Penonton 1
Masak sih ada calo di sini. dikira terminal apa ya? Penonton kita pulang aja yok. Gak mutu nih pertunjukanya.
PENONTON SUDAH BERGEGAS PULANG. TAPI DI CEGAH OLEH SUTRADARA.
Sutradara
Tunggu! Tunggu mas! Sebenarnya ada apa sih mas? Apanya yang tidak mutu? Saya Sutradaranya ini.
Penonton 2
Ceritanya terlalu bertele-tele mas.
Para Pemain
Bertele-tele gimana mas?
Penonton 1
Gini mas, ceritanya ini terlalu bertele-tele. kita kan udah tahu nih ceritanya tadi. kalau para Punakawan itu lagi liburan ke kahyangan. masak ceritanya ini masih mau nyari Punakawan ke Karang Tumaritis , ya jelas gak ada lah. Gimana sih! Iya gak teman-teman?
Para Penonton
Iya betul.
Penonton 3
Udah pulang aja udah.
Stage Manager
Masak begitu sih? Kok kami gak tahu? Masnya jangan sok tahu mas.
Para Pemain
Iya. Jangan sok tahu mas!
Penonton 1
Kalau gak percaya tanya aja sama para penonton.
Sutradara
Udah-udah. Iya maaf ya mas. Maaf. Emang begitu ceritanya. Kalau begitu kita minta maaf, yaudah kita ringkas aja ceritanya ya. Langsung Arjuna sama Bima ke kahyangan nemuin Gareng, Petruk, sama Bagong. Yang lain out ya. Maaf ya mas, mbak. Mas, mbaknya boleh duduk lagi.Yahhh Beginilah keadaan kita sekarang. Waktu adalah segala-segalanya. Kehilangan satu detik berarti kehilangan berjuta-juta kemungkinan. Apalagi ditengah budaya global ini kita semakin menjadi seperti diseragamkan. Uang adalah segala-galanya. Karena begitulah kita di didik oleh jaman. Jadi kita tidak bisa saling menyalahkan. Harus saling mengerti dan menerima saran dengan besar hati.
Para Penonton
Malah pidato masnya ini!
Sutradara
Oh iya maaf mas. Maaf. Ayo pemusik siap?
Pemusik
Siap!
Sutradara
Lighting siap!
Lighting Man
Oke!
Sutradara
Penonton oke?
Para Penonton
Yoo...
Sutradara
Yaudah SM sama pemain yang gak kebagian adegan out. Tinggal Bima sama Arjuna yang siap-siap ke kahyangan. ayo. Action!
BAGIAN V
ADEGAN KEMBALI DIMULAI. MUSIK MENGIRI KEBERANGKATAN ARJUNA DAN BIMA. HINGGA SAMPAILAH BIMA DAN ARJUNA DI KAHYANGAN, BERTEMU GARENG, PETRUK, DAN BAGONG.
Gareng, Petruk, Bagong
Ehh.. raden.. ada apa ini? Kok tumben raden-raden ini datang kemari? Ada apa? Monggo-monggo...
Arjuna
Ampun Kakang, maaf jika kedatangan kami menggangu liburan, kakang. Tapi amarta sedang tertimpa masalah yang sangat pelik!
Bima
Kami sedang membutuhkan kalimasada untuk menyelesaikan pembangunan candi mukadimaya, kakang.
Gareng
Oh raden-raden ini sedang mencari jimat kalimasada? Begitu?
Petruk
Buat apa raden? Bukankah raden sendiri yang memberikanya kepada Papa Semar.
Bagong
Lha katanya Raden lagi sibuk suting pelm. Tidak bisa mengurus lagi jimat kalimasada.
Arjuna
Betul kakang, tapi saat ini kita betul-betul membutuhkanya. Mohon berikan jimat kalimasada kepada kami.
Bagong
Kalau sudah butuh mohon-mohon.
Petruk
Apalagi kalau sudah ngempet. Ya pasti sedikit memaksa.
Bima
Berarti kalian tidak mau memberikan jimat kalimasada kepada kami? Kalau begitu kami akan melaporkanya kepada Kakang Semar.
Bagong
Lho bener Kang Petruk! Malah mau lapor! Weeh (kepada Bima dan Arjuna) Raden menantang? Baik, kalau begitu kami tidak berani.
Arjuna
Jangan mempermainkan kami kakang! Kami sedang serius!
Petruk
Lha kalian pikir kita guyon apa? Hoo..
Gareng
Sudah-sudah. Begini raden. Sebetulnya jimat kalimasada sedang di bawa Romo Semar kelangit sap tujuh. Dan kami pun tidak diajak kesana. Karena memang tidak ada manusia yang bisa kesana, kecuali Romo Semar.
Bima
Kalau kita tidak di ijinkan dengan meminta secara baik-baik. Maka, ampuni kami jika kami sedikit mengambilnya dengan paksaan.
Bagong
Lho tetep maksa! Ini di kahyangan lho. Ada aturan! Jangan main-main!
Arjuna
Ampun Kakang. Bukan Maksud kami menentang peraturan langit! Tapi Kami sedang betul-betul membutuhkanya.
Petruk
Kami bukanya tidak mau memberikan. Tapi karena memang kami tidak memegangnya Raden.
Bima
Kami tidak mau tahu! Yang jelas kami harus pulang ke bumi tidak dengan tangan kosong.


Gareng
Sudah raden. Sekarang raden pulang, semedi dan berdoalah supaya Romo Semar segera pulang, dan bisa menyelesaikan persoalan ini.
Bima
Tidak! Kami tidak akan bertele-tele. Kalau kalian tetap tidak mau memberikan jimat kalimasada. Baik! Kami akan membuat perhitungan di bumi! Ini bukan ancaman! Tapi peringatan!
KEDUA KESATRIA ITU SEGERA MELESAT KEMBALI KE BUMI. PARA PUNAKAWAN BINGUNG. TIDAK TAHU BAGAIMANA HARUS MENCEGAH PARA KESATRIA ITU. DI TENGAH KEBINGUNGANYA MUNCULAH ROMO SEMAR. SEKETIKA SEMUA TERDIAM. DAN MENCARI KE SEGELA PENJURU ARAH.
Semar
Ealaah laee bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap. (dengan karakter khasnya dan suasana yang mencekam)
Gareng
Wah! Lagi diskoan ya ma?
Semar
Gareng, Gareng serius ini le..
Petruk
Ada apa ma? Kita ini kan lagi cuti. Berlibur di dunia dewa-dewi yang tanpa kesedihan. Lha romo kok malah akting. Kita ini tidak lagi tanggapan ma.
Gareng
Truk jangan main-main. (kepada Semar) Ma, tadi raden Arjuna kesini sama raden Bima. Mereka memaksa kita untuk menyerahkan jimat kalimasada.
Petruk
Iya ma. Padahal sudah kita bilangin. Kalau kalimasada sedang Romo bawa ke langit ke tujuh. Eh malah menantang!
Bagong
Eh bukan Cuma itu ma. Mereka berdua juga mengancam tadi. kalau mereka tidak mendapatkan jimat kalimasada, mereka akan membuat perhitungan di bumi. Dikiranya ini pelajaran mate-matika apa.

Semar
Goro-goro..
SEMAR KEMUDIAN NEMBANG:
Dunia yang gegap gempita mencipta gara-gara
Diawal pergantian jaman
Tanggal satu musim binatang
Seisi bumi bagaikan tergoncang
Laut seperti diaduk
Gelombang setinggi gunung
Tsunami melanda daratan
Akibatnya keringlah lautan
Ikan dan penghuni samudra dipanggang matahari
Gempa dahsyat menggoncang bumi tujuh kali sehari
Musibah yang seakan-akan tak pernah habis
Gunung meletus memuntahkan lahar
Tanah runtuh, jagad laksana pecah
Akibat dahsyatnya gempa itu
Anehnya di tengah gegeran itu
Dua anak bajang asyik bermain
Tak peduli apapun
Yang satu membawa batok lobang tiga dan apabila mampu bikin kering samudra
Yang lainya menggemgam sapu lidi bila bisa menggiring angin dan menyapu bersih isi bumi
Pertengkaran dua anak bajang kian menambah dahsyatnya goro-goro
Huh uh laeee..

Bagong
Waahh memangnya ada apa ini ma? Kok kelihatanya begitu darurat? Padahal di twitter lagi asyik ma.
Gareng
Weehh ya memang gawat gong. Romo itu laduni. Weruh sak durunge winarah, Romo itu kan Dewa diatas Dewa.
Petruk
Tul. Romo kan smartphonenya merek Amerika. Lha kita merek ora weruh oppooppo.
Semar
Petruk, Petruk ini bukan soal merek smartphone. Ini soal bumi.
Bagong
Ma, kita ini kan sedang cuti, liburan. Lagian para makhluk bumi sudah tidak butuh kita. Buktinya kita tidak pernah di tanggap lagi. Para satria juga lagi seenaknya sendiri.
Petruk
Manusia juga sedang asyik twitteran, facebookan, bbman dan teman-temanya itu. Segala hal harus praktis dan efesien, begitu.
Gareng
Kalau butuh sesuatu tinggal googling. Lupa mandi tinggal googling. Lupa ibadah tinggal googling. Butuh abdi tinggal googling. Butuh teman tinggal googling. Pokoknya googling. Tidak lagi membutuhkan punakawan yang cuma abdi.
Semar
Le, petruk, gareng, bagong. Kita ini punakawan. Tugas kita adalah membimbing. Nah, Manusia sedang butuh bimbingan. Kita sudah sepantasnya mengingatkan.
Bagong
Buat apa ma? Kita ini sedang liburan. Biarkan kita menikmati liburan kita.
Gareng
Iya ma. Lagian dunia sudah tidak butuh kita. Kalau mereka membutuhkan kita biar pakek video call kan selesai ma.
Bagong
Iya ma. Nanti pak dalang marah kalau kita bermain tanpa komandonya. Terus kita di pecat. Weeh bisa gawat, ma.
Semar
Eallah lae.. lee dengarkan le. Kita harus tetap menasehati. Karena itu tugas kita. Sekarang bumi sedang kacau. Para manusianya sedang sibuk memperbagus mukanya sendiri. meskipun sebenarnya niat mereka baik. Tapi sebenarnyamereka lupa kalau sebenarnya ada tanggung jawab yang lebih penting. Walaupun jaman kita sudah serba canggih, sebenarnya ada-adahal yang tidak bisa dilakukan sebagai sesuatu yang praktis dan efesien. Banyak hal, le. Beribadah, berteman, bersosial dan berkesenian tidak bisa dilakukan dengan instan. Harus dengan perenungan, harus dengan jiwa yang bersih. Jangan sampai kita ini menjadi jiwa-jiwa yang karbitan. Sekarang mereka sedang terlena. Semuanya beramai-ramai membangun monumen muka mereka masing-masing di setiap perempatan jalan, di semua tempat-tempat keramaian. Mereka lupa Kalau kita berbhineka. kalau kita seharusnya punya satu tujuan yang sama. Meski tidak harus dengan cara yang sama. Tapi ingat! Jangan sampai menunggangi kepentingan umat! 
Petruk, Gareng, Bagong
Nggeh ma.
Semar
Ayo le. Kekacauan ini harus segera di selesaikan. Sebelum semuanya semakin tidak terkendali. Kita tidak boleh terus berlibur dan bersenang-senang. Karena kita adalah panakawan. Jangan bosen-bosen untuk tetap mengingatkan. Karena tugas kita ini sangatlah mulia. Perintah dari langit.
TEMBANG PUNAKAWAN
Kita adalah panakawan
Abdi kinasih para satriawan
Kita pembimbing pengusir ragu dan bimbang
Kita cahaya murni penerang hati nurani
Kita ibarat pelita penuntun dalam gulita
Siapa sanggup, le pompa semangat
Saat para satria di hajar putus asa
Panakawan abdi kinasih kang setia
Siapakah le sang penyelamat saat bahaya menimpa
Panakawan abdi kinasih kang setia
Kita cegah para satria dari buruk dan nista
Kita hindarkan mereka dari angkara murka
Kita penghibur jenaka penghilang nestapa
Kita rela bangun berjaga demi para satria
Dan mereka kan celaka jika meninggalkan
Apalagi ditinggalkan para panakawan.
SEMBARI MENYANYI MEREKA  TURUN KE BUMI. MELAYANG, TERBANG MENUJU AMARTA.
BAGIAN VI
SESAMPAINYA DI BUMI MEREKA TERKEJUT BERTEMU DENGAN PARA ISTRI PANDAWA YANG SEDANG BERSEDIH.
Semar
Lho kenapa ndoro putri semuanya ada disini?
Bagong
Lha ini sedang bersedih ma. Kok masih ditanya.
Gareng
Ndoro putri ini mungkin lagi butuh kasih sayang, ma.
Petruk
Waah yo aku mau menemani kalau begitu kang.
Semar
Le sudah-sudah.. kita dengarkan, ada apa sebenarnya dengan ndoro putri kita ini?
Dewi Rahina
Begini kakang semar. Kami sedang bersedih. Suami-suami kami seenaknya sendiri memikirkan kepentingan mereka.
Dewi Sumbadra
Betul kakang semar. Mereka sedang lupa. Lupa kalau sebenarnya mereka hanya membangun eksistensi mereka sendiri. Membangun citra mereka sendiri.
Dewi Arimbi
Apalagi mereka membangun candi kebanggaan mereka itu dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Sehingga seluruh rakyat terhasut dan ikut-ikutan membangun.
Dewi Srengganawati
Padahal yang mereka bangun itu Cuma khayalan. Cuma angan-angan saja.
Dewi Srengginiwati
Sampai-sampai mereka semua melupakan kami, dan tidak mengurus kami. Kami mohon kakang semar bantulah kami mengingatkan mereka.
Para Istri Pandawa
(memohon) Bantulah kami kakang.
Semar
Ohh begitu. Baiklah. Gareng, Petruk, Bagong.
Gareng, Petruk, Bagong
Nggeh ma
Semar
Ayo kita segera ke tempat pembangunan candi itu, sebelum semuanya semakin rumit.
Bagong
Yo ayo! Lha romo yang ngajakin mampir kesini kok.
Semar
Hust! Ayo ndoro putri. Kita segera kesana.
BERANGKATLAH MEREKA MENUJU TEMPAT PEMBANGUNAN CANDI MUKADIMAYA. SESAMPAINYA DISANA. MEREKA MERASA ANEH. KARENA TEMPAT ITU BEGITU SEPI. PETRUK, BAGONG DAN GARENG SEGERA MEMBUKA PAGAR PEMBATAS BANGUNAN ITU. TERKEJUTLAH MEREKA, KARENA DIBAWAH BANGUNAN CANDI YANG BELUM SELESAI ITU ADA IBU KUNTHI DALAM KEADAAN DISANDRA. MEREKA SEGERA MENOLONG. SAAT MEREKA HENDAK MELAKSANAKAN NIATNYA, TIBA-TIBA MEREKA DISERGAP OLEH SEGEROMBOLAN PANDAWA BESERTA RAKYATNYA.
Yudhistira
Akhirnya kalian datang juga. Selamat datang Kakang Semar.
Semar
Raden? Apa yang sebenarnya raden-raden ini lakukan?
Bima
Kami tidak punya banyak waktu, Kakang Semar. Berikan jimat kalimasada sekarang juga.
Gareng
Ohh.. gendeng! Tetep aja maksa, Ma!
Arjuna
Lebih baik segera serahkan, Kakang! Sebelum kami semua gila beneran!
Bagong
Hahaha lha kalian kira kalian semua ini waras? Ibu sendiri kok di sandra.
Nakula
Tidak perduli! Yang jelas kami butuh jimat itu.
Sadewa
Kami mohon, sebelum terjadi pertumpahan darah, Kakang.
Petruk
Ya ini yang namanya orang bodoh tapi mbagusi! Kalian itu apa tidak sadar dengan apa yang kalian lakukan? Makanya jangan ngurusi muka-muka kalian sendiri. Nih lihat! Pakek mata! Ibu sendiri di sandera, istri di telantarkan...
Bima
Halah banyak omong! (Bima hendak menyerang, tapi ditahan oleh Semar)

Semar
Raden-raden, sabar raden. Baiklah! Saya akan berikan jimat kalimasada, tapi dengan syarat.
Yudhistira
Apa syaratnya kakang?
Semar
Kita tukar jimat kalimasada dengan kebebasan ibu kunthi.
SEMUA PANDAWA TERTAWA TERBAHAK-BAHAK MENDENGAR PERNYATAAN SEMAR.
Bagong
Lho malah ketawa. Asu!
Yudhistira
Baiklah! Kami setuju. Karena memang itu rencana kita dengan menyandra Ibu Kunthi, Kakang.
Gareng, Petruk, Bagong
Lho! Asu tenan to!
SEMUA PANDAWA KEMBALI TERTAWA. LALU DI LEPASKANLAH IKATAN DEWI KUNTHI. DAN SEGERA PANDAWA MEMINTA JIMAT KALIMASADA.
Yudhistira
Ibu Kunthi sudah kami lepaskan. Cepat berikan apa yang Kakang Semar janjikan.
Bima
Ayo segera berikan! Hahaha
Semar
Kami tidak akan memberikan jimat kalimasada, sebelum kalian mengerti apa sebenarnya jimat kalimasada itu.
Arjuna
Kakang semar. Sebaiknya kakang jangan bermain-main dengan kami. Segera berikan atau kami rampas dengan paksa.

Semar
Silahkan raden memaksa. Yang jelas jimat kalimasada tidak bisa kami berikan.
Bima
Bangsat! Kalau begitu kalian semua memaksa kami dengan kekerasan! Maafkan kalau kami lancang Kakang Semar!
PANDAWA SEGERA MENYERANG GEROMBOLAN PUNAKAWAN. TERJADILAH PERTEMPURAN DAHSYAT. KEDUA KELOMPOK SAMA-SAMA SAKTI. NAMUN AKHIRNYA PARA PANDAWA BERHASIL DIKALAHKAN.SEKETIKA ITU BUMI MENJADI GELAP. DAUN-DAUN KERING BERGUGURAN. PARA PANDAWA TAK BERDAYA. IBU KUNTHI HANYA BISA MENANGIS. SEDANGKAN ISTRI-ISTRINYA HANYA MEMANDANG TANPA BISA BERBUAT APA-APA. SEPERTI ADA HUKUMAN BERAT YANG SEDANG TERJADI DI DALAM JIWA PARA PANDAWA. SEOLAH KEHIDUPAN BERHENTI. MENYAKSIKAN SEJENAK PENYIKSAAN BATIN ITU. DARI ATAS LANGIT,  TERDENGAR TEMBANG MACAPAT “DURMA”. MENGALUN. MEMBASAHI JIWA PARA PANDAWA YANG KERING. JIWA MEREKA MELAYANG TANPA TUJUAN.

Tembang Macapat Durma :
Kae manungsa golek upa angkara
Sesingidan mawuni
Nggawa bandha donya
Mbuwang rasa agama
Nyingkiri sesanti ati
Tan wedi dosa
Tan eling bakal mati
PARA ISTRI PANDAWA TAK TEGA MENYAKSIKAN SUAMI-SUAMI MEREKA TAK BERDAYA. KESAKITAN TAPI TAK BISA BERBUAT APA-APA. PARA ISTRI PANDAWA SEGERA  MENGHATURKAN SEMBAH KEPADA DEWI KUNTHI.
Dewi Rahina
Ampun. Beribu ampun, ibunda. Kami mohon dengan segala kenistaan diri. Bantulah para Pandawa mengakhiri siksaanya ini. Kami tidak sanggup melihatnya begitu menderita.

Para Istri Pandawa
Akhirilah penderitaan ini ibunda. Kami sanggup menggantikanya.
Dewi Kunthi
Anak-anaku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Inilah hukuman dari langit. Inilah titah alam. Lebih baik kita minta bantuan, Kakang Semar. Siapa tahu beliau bisa membantu meringankan beban suami kalian.
DEWI KUNTHI DAN PARA ISTRI PANDAWA SEGERA MENGHAMPIRI SEMAR DAN KETIGA ANAKNYA YANG TENGAH BISU. MEREKAPUN SEBENARNYA TIDAK TEGA MELIHAT PARA BENDORONYA BEGINI TERSIKSA.
Dewi Kunthi
Demi Dewata.. hamba tidak mampu menyaksikan hukuman ini, Kakang Semar. Bantulah kami. Bantulah para Pandawa agar mereka bisa mengakhiri hukuman yang teramat berat ini. Tidakkah langit Maha Adil. Hamba rela sebagai gantinya di kawah candradimuka.
Para Istri Pandawa
Kami juga bersedia, Kakang Semar.
SEMAR TETAP MEMBISU. NAMUN ANAK-ANAKNYA YANG MEWAKILI JAWABAN.
Gareng
Dewi-Dewi semuanya tenang. Ibu Kunthi jangan terlalu khawatir. Rama Semar sedang menunggal di dalam dirinya.
Petruk
Betul. Ibu Kunthi dan Dewi-Dewi tidak perlu galau. Rama Semar pasti sedang berdialog dengan para Pandawa di alam lain.
Bagong
Memang. Begitulah cara Rama Semar menghadapkan jiwanya. Manunggal kepada alam untuk berbicara kepada langit, tentang apa yang sebenarnya sedang di alami gusti-gusti ini.
SEMAR TIBA-TIBA BERBICAR TANPA MEMBUKA MATA
Semar
Hamba pun senasib seperasaan dengan Ibu Kunthi, juga para Dewi-Dewi (kepada ketiga anaknya)Gareng, petruk, bagong, ayo panjatkan do’a untuk keteguhan hati para bendoro kita ini. Agar mereka mampu menghadapi takdir yang sedang dihadapkan alam kepada jiwa-jiwa mereka ini. Ayo le.
Bagong
Ayo,Ma. Tapi, Rama jangan merem. Jadi serem ini, Ma.
Semar
(dengan membuka mata perlahan) ayo, le. Mari dewi. Ajak semua orang bermunajat melangitkan harapan kepada Sang Hyang Agung.
KEMUDIAN MEREKA, SAMA-SAMA MEMANJATKAN DO’A. MEMINTA PERTOLONGAN AGAR LANGIT MENGAKHIRI SIKSAANYA.
Duh gusti mugi paringo ing margi kaleresan
Kados margine manungso kang panggeh kenikmatan
Sanes margine manungso kang Paduka laknati
Doa ini, adalah shalawat yang biasa dilantunkan Cak Nun dalam pangajian di Rumah Maiyah.
DO’A ITU MENGUDARA. PERLAHAN-LAHAN PARA PANDAWA BERHASIL MENGEMBALIKAN JIWANYA. MEREKA SADAR DAN PERLAHAN MENANGIS TERSEDU-SEDU. PARA PUNAKAWAN, DEWI KUNTHI, DAN SELURUH ISTRI PANDAWA PERLAHAN JUGA MENGAKHIRI PANJATAN DO’ANYA. KEMUDIAN PARA ISTRI PANDAWA MENGHAMPIRI SUAMINYA HENDAK MENOLONG, NAMUN PARA PANDAWA MENOLAK.
Para Pandawa
Hentikan Dewi!
Para Istri Pandawa
Kakang.. (sembari tersedu)
Yudhistira
Ibunda. Aku mewakili sulung Pandawa. Menghaturkan sembah dan permohonan maaf sedalam-dalamnya. Kami semua khilaf dan terlena. Kami semua sudah durhaka kepada Ibunda. Kami siap menerima hukuman yang terberat dari Ibunda, karena kami sadar, tidak akan ada hukuman yang setimpal dengan kekejaman kami, ibu. (kepada Semar) Kakang Semar, kami semua,tidak kuasa jika harus menanggung penderitaan sepahit ini. Kakang Semar tentu lebih paham. Kami semua sudah mendurhakai kodrat langit. Kami melupakan kalian, para Punakawan, yang sesungguhnya adalah penuntun hati kami. Kami menyerah, Kakang Semar. Lebih baik kami semua di hukum mati daripada harus hidup menanggung malu!
Bima
Bunuhlah kami, Kakang Semar! Bunuhlah kami, Ibunda! Bunuh sekarang juga! Biar candradimuka yang menghukum kami.
Dewi Kunthi
Tidak anak-anaku. Ini hanya sebagian kecil saja dari persoalan kehidupan. Putus asa bukanlah sifat ksatria.
Arjuna
Ksatria pantang mencabut sumpahnya, ibunda! Aku akan menghabisi nyawaku sendiri jika kakang semar tidak bersedia melakukanya.
Dewi Kunthi
Apa yang akan kalian lakukan? Apa kalian pikir dengan bunuh diri semuanya akan berakhir? Tidak anaku! Justru hal ini harus terlebih dahulu di benarkan! Agar kesalahan ini tidak lagi terulang!
Yudhistira
Apa yang bisa kami lakukan, ibunda? Jika kami sudah menodai sifat-sifat ksatria!
Nakula
Kenapa langit mengirimkan kisah seperti ini kepada kami ibunda?
Sadewa
Apa sebenarnya salah kami? Jika kami adalah para ksatria pembela kebenaran di bumi, kami menuntut nasib kepada langit!
Dewi Kunthi
Kalian tidak bisa menyalahkan langit anak-anaku. Inilah pesan langit untuk disampaikan kepada seluruh makhluk mayapada. Dan kalianlah yang bertugas menyampaikan pesan ini. Meskipun kalian harus menodai kebaikan kalian sendiri.
Para Pandawa
Ampun Ibunda!
PARA PANDAWA SEMAKIN PUTUS ASA. DAN MENANGIS TERSEDU-SEDU. TIDAK LAGI TAHU APA YANG HARUS MEREKA LAKUKAN.
Gareng
Waahh.. raden-raden ini kok malah nangis. Ksatria tidak pantas menangis dalam menghadapi segala persoalanya, Raden.
Petruk
Betul! Apalagi disini ada istri raden. Seluruh rakyat amarta butuh kegagahan Pandawa. Bukan keputusasaanya.
Para Istri Pandawa
Kami semua merindukan, Kakanda. Kami siap melayani Kakanda di Kerajaan lagi.
SEKETIKA KETIGA PANAKAWAN, GARENG, PETRUK, BAGONG MENGGODA.
Gareng, Petruk, Bagong
Cieee...
Bagong
Lho! Benar to Raden. Ayo bangun. Jangan nangis-nangisan. Nanti dikira sinetronan!
Gareng dan Petruk
Gong! jaga rahangmu, Nak!
Para Pandawa
Kang Gareng, Kang Petruk, Kang Bagong, kami menghaturkan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya kepada, Kakang semua.
Gareng, Petruk, Bagong
Permohonan maaf diterima dengan senang hati, Raden.
Bagong
Ditambah emoticon senyum sama cium ya, Kang?
Gareng, Petruk
Bagong! tak kepruk ndasmu lho!
SEMAR YANG SEDARI TADI DIAM ANGKAT BICARA.


Semar
Sudah-sudah le. Gustinya masih sedih kok malah dibecandain. Ora nduwe tatakrama podoan!
Petruk
La itukan tugas kami, Ma. (sambil tersenyum) Menghibur!
Semar
Uwes-uwes. Ora rampung-rampung iki dramane!
Bagong
Waah iya, Ma. (kepada Petruk) Nanti penontonya ngamuk lagi, modar kowe, Kang!
Gareng
Ohh.. bocah enom kurang ajar! Kuwalat kowe!
Semar
Uwes-uweslah! (kapada para Pandawa) Anak-anaku, bersabarlah menghadapi nasib. Inilah titah alam. Betul memang apa yang dikatakan oleh Ibu Kunthi.
Para Pandawa
Lalu apa sebenarnya jimat kalimasada itu, Kakang Semar?
Semar
Kalimasada adalah hatimu, le. Keyakinanmu terhadap muara dari hidupmu. Dan sekarang kalimasada telah ada dan hidup di hati semua orang. Hanya kesadaran dan keteguhan hati, serta keimanan yang kuat, yang akan membuatnya berguna dalam diri manusia. Begitu juga dalam hatimu.
Para Pandawa
Terima kasih, Kakang Semar.
Yudhistira
 Lalu apa yang mesti kami lakukan sekarang, Kakang Semar?
Semar
Sekarang berdirilah raden-raden. Tataplah kedepan. Itulah jaman yang akan datang. Bersiaplah! Persiapkan generasi untuk hidup di jaman yang akan lebih sakit. Bersiaplah! Masih banyak yang harus dilakukan. Candi Mukadimaya adalah salah satu peringatan bagi kita semua. Terlalu memuja diri sendiri dan terlena dengan kehebatan dunia yang justru kita tidak tahu kemana arah tujuanya. Kembalilah kepada diri kalian. Ini juga demi generasi masa depan! Biarkan mereka hura-hura, selvi-selvi, dan menebar ke-aku-anya di jaman tekhnologi yang serba canggih ini. Kita ambil positivnya saja. Tak perlu terjun kedalamnya, cukup cicipi dan rasakan kenikmatanya. Tapi ingat! jangan sampai terlena. Begitulah cara nenek moyang mengajarkan! tak perlu menjadi barat untuk menerima apa yang di tawarkanya. Tak perlu menjadi arab untuk menerima apa yang di bawanya. Karena inilah kita. Negri yang punya keikhlasan dan sikap yang luhur. Tak mudah terlena dan selalu menjunjung tinggi kebenaran.
Para Pandawa
Paham, Kakang Semar!
Petruk
Waah.. kalau persoalanya sudah selesai gini jadi romantis ya, Ma?
Gareng
Aku juga seneng, Truk! Akhirnya raden-raden semua sudah sadar.
Bagong
(Berteriak kegirangan) waaaaahh!!! Akhirnya! Kita liburan lagi!
Semar
Eeee jangan seneng-seneng dulu, le! Ini baru awal. Dan dari sinilah perjalanan di mulai. Negri ini sudah tidak membutuhkan sepuluh pemuda untuk menggoncang dunia. Kita hanya membutuhkan satu kepedulian. Jaga hatimu, jaga prasangkamu. Curigalah terhadap apapun. Termasuk kepentingan dalam hatimu sendiri, le.
PERLAHAN LAMPU FADE OUT DAN KISAH INI DI AKHIRI DENGAN LAGU “GUGUR GUNUNG”. SELURUH PENYAJI DAN PENONTON MENYANYIKAN LAGU INI BERSAMA-SAMA HINGGA SELESAI.








JURUSAN TEATER, INSTITUT SENI INDONESIA, YOGYAKARTA 24 OKTOBER 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar