(sebuah naskah drama)
Oleh Nano Suharno
Lagu dalam teks ini sebagian
diambil dari naskah Republik Petruk karya NN.
BAGIAN I
SEBUAH TEMPAT PEMBANGUNAN BARU DI AMARTA. PEMBANGUNAN CANDI
MUKADIMAYA. SEBUAH BANGUNAN CANDI WAJAH YANG BELUM SELESAI DAN BERPAGAR SENG.
DIBELAKANG BANGUNAN ITU DUA GUNUNGAN BESAR MENGAPIT DALAM KEADAAN TERBALIK.
AMARTA SEDANG MENYELENGGARAKAN PROYEK BESAR-BESARAN.
BERHARI-HARI, BERMINGGU-MINGGU, BERBULAN-BULAN SUDAH PROYEK BESAR ITU BERJALAN.
SEMUA WARGA RESAH MELIHAT PARA PEMIMPINYA SIBUK DENGAN KEPENTINGANYA SENDIRI.
PARA PANDAWA LUPA KALAU SEBENARNYA MEREKA ADALAH PEMIMPIN, KALAU MEREKA ADALAH
KESATRIA, PANUTAN SELURUH UMAT MAYAPADA.
DITENGAH KESIBUKAN PEMBANGUNAN ITU, SELURUH RAKYAT AMARTA BERKUMPUL,
MENYERBU DAN PROTES. MEREKA MENUNTUT AGAR PARA PANDAWA KEMBALI KEPADA
KODRATNYA. MEMIMPIN KERAJAAN AMARTA SEBAGAIMANA MESTINYA. MENJADI SAHABAT PARA
KAWULA.
Koor para rakyat
Bangunlah para satria amarta
Bukalah mata dan baca keadaan
Jangan bersembunyi menutup telinga
Bukalah nurani jangan cuma berdandan
Bangunlah para satria amarta
Berhenti menyenang-nyenangkan diri
sendiri
Janganberbangga sebagai keturunun
dewa
Bukalah nurani dan ayo mawas diri
Kami kawula menuntut keadilan
Keluarlah dan hadapi kenyataan
Kami kawula butuh satu tindakan
Beri kami arti hentikan pembodohan
Keluar! Keluar! Keluar!
Jangan bersembunyi dibalik kebesaran
gelar!
PARA RAKYAT SELESAI MENYANYI DAN LANGSUNG MENGGEDOR-GEDOR
SENG PEMBATAS PROYEK. SUASANA BEGITU RIUH. RAKYAT AMARTA BENAR-BENAR MARAH.
DALAM KEADAAN YANG BEGITU TEGANG, MUNCULAH PARA PANDAWA DENGAN PERLAHAN DAN
BERPOSE SEPERTI MODEL-MODEL IKLAN.
Para Pandawa
Iki do ngopo?
SELURUH RAKYAT YANG SEMULA BERINGAS SEKETIKA MENJADI GOBLOK
MENYAKSIKAN KEANEHAN SIKAP PARA PANDAWA. LALU DENGAN SATU HENTAKAN BERUBAHLAH
PARA PANDAWA DENGAN GAYA DALAM WAYANG ORANG.
Yudhistira
Sekalian rakyat Amarta yang aku
cintai, Apa maksud kedatangan kalian kemari?
Bima
Iya! Kok rame-rame begini! Mau ngajak
perang apa? Jangan sampai Bharatayudha terulang kedua kalinya.
Arjuna
Benar kakang, cukup di film dan di
cerita-cerita saja perang itu terjadi.
Nakula
Hati-hati kalian! Kalau sampai kakang
Werkudara ini ngamuk, lalu mengeluarkan kuku pancanakanya. Waaaa..
Sadewa
Hahahaha (memotong pembicaraan nakula dengan tertawa) Dua raksasa sakti
bernama Rukmuka dan Rukmakala aja dedel duwel, apalagi bakteri-bakteri macam
kalian ini.
PARA PANDAWA TERTAWA TERBAHAK-BAHAK MENDENGAR PERNYATAAN
SADEWA. LALU TIBA-TIBA SALAH SATU PEMIMPIN ROMBONGAN PROTES ITU MENYELA.
Ketua Rombongan
Halah sak karepmu! Prabu-prabu semua
tidak usah bertele-tele! Lebih baik segera katakan apa yang sebenarnya ndoro
prabu semua ini lakukan. Sehingga melupakan kami, melupakan tugas ndoro prabu
semua. Ndoro semua berbangga menjadi ksatria, tapi melupakan bagaimana
seharusnya para satria bersikap.
Para Pandawa
Oh menuntut jawaban? Baik!
Para Pandawa langsung menyanyi
Kami disini membangun candi
Membangun mukadimaya untuk
kita semua
Biar amarta eksis dan
terkenal di tivi-tivi
Berhentilah berkata dan ayo
bekerja
Para rakyat menyambut nyanyian Pandawa
Kami tak perduli dengan
janji-janji
Kami butuh bukti jangan di
dustai
Biarkan badan hancur yang
penting hati jujur
Tak perduli perang asalkan
kita di dengarkan
Para Pandawa menyambut lagi
Hey kalian rakyat jelata
jangan asal bicara
Kami disini sebagai ksatria
amarta
Tidak mungkin dusta kepada
rakyatnya
Kalau tidak percaya silahkan
bbm dewa
Hahahahahahhaa
Mari membangun, membangun
Mukadimaya
Siapkan jiwa dengan semangat
membara
Tidak usah ragu, usir rasa
curiga
Tunaikan tugas suci, kalahkan
mulia Dewa
PARA RAKYAT AMARTA MENJAWAB KOMPAK SAMBIL MENGUMPAT
Rakyat amarta
Asuuuu! Tidak!
Para Pandawa
Serius? Ada honornya lo?
Rakyat Amarta
Emoh!
SETELAH MENJAWAB BEGITU SELURUH RAKYAT AMARTA MASUK DENGAN
SOMBONG. MEREKA SEPERTI HENDAK MENANTANG PARA PANDAWA. TAPI TIBA-TIBA MEREKA
MENJAWAB KOMPAK DENGAN GAYA MANJA.
Rakyat Amarta
Mauuuu..
SELURUH PANDAWA TERTAWA PUAS MENDENGAR JAWABAN RAKYATNYA.
KEMUDIAN BIMA MEMERINTAHKAN UNTUK SEGERA BERGABUNG KEDALAM.
Bima
Baiklah. Segera masuk! Dan kita
bangun Mukadimaya-Mukadimaya kita.
Rakyat Amarta
Ayooo! (semangat)
KEMUDIAN DENGAN ANTUSIAS DAN SAMBIL MENYANYI BERSAMA PARA
PANDAWA SELURUH RAKYAT AMARTA MEMASUKI AREA PEMBANGUNAN.
Koor Bersama
Mari membangun, membangun
mukadimaya
Siapkan jiwa dengan semangat
membara
Tidak usah ragu, usir rasa
curiga
Tunaikan tugas suci, kalahkan
mulia Dewa
SETELAH SEMUA RAKYAT AMARTA BERADA DI DALAM, GERBANG KEMBALI
DITUTUP. BERSAMAAN DENGAN ITU LAMPU FADE
OUT.
BAGIAN II
DI ATAS KAHYANGAN. PETRUK, GARENG DAN BAGONG SEDANG
BERSENDAU-GURAU. SEPERTI BIASA, MEREKA MENEMBANG DAN BERCANDA. SEBUAH KEINDAHAN
DAN KEDAMAIAN KAHYANGAN. SIAPAPUN, ENTAH DEWA APALAGI MANUSIA AKAN BETAH
TINGGAL DI ATAS KETENTRAMAN SEGALA KETENTRAMAN ITU. DUNIA SEDANG TERLENA,
PUNAKAWAN DIABAIKAN. SEHINGGA PARA
PUNAKAWAN BERLIBUR DI KAHYANGAN. MENEMUI BATARA GURU UNTUK ENTAH BEBERAPA LAMA.
TEMBANG
PEMBUKAAN GORO-GORO
Sepuluh unsur merawat alam
Masing-masing saling berkaitan
Satu rusak bahaya mengancam
Sepuluh unsur menjaga hara
Ingatlah itu jangan abaikan
Dan inilah sepuluh unsur itu
Eka. Daratan, sumber utama
bahan makanan
Dwi. Sawah, ladang, petani
bercocok tanam
Tri. Gunung, pemaku bumi
menyelaraskan
Catur. Samudra, penyimpan
energi masa depan
Panca. Berbagai macam daun
dan tumbuhan
Sat. Padang pengembalaan bagi
segala hewan
Saptha. Insan yang sempurna
ilmu dan ibadahnya
Astha. Alam raya gudang harta
tanpa rupa
Nawa. Satu raja dewa yang
pantas disembah
Dasa. Raja bijak mutiara
diantara manusia
Sepuluh unsur-sepuluh unsur
Kami hanya mampu bersyukur
Rajalah yang kuasa mengatur 2x
Bagong
Waduuuhh.. enak tenan! Liburan diatas
kahyangan!
Petruk
Tul, Gong! Dahsyat sekali pokoknya. Kita
itu seperti raja rasanya.
Bagong
Wuuh iya , Kang Petruk! Apalagi kalau
mendengar lagu yang kita dendangkan tadi. Wuiiihh!
Gareng
Halah! Memangnya kamu tahu apa
artinya lagu tadi, Gong?
Bagong
Enggak, Kang!
Petruk
Huu goblok!
Bagong
Memangnya, Kang Petruk tahu?
Petruk
Woooo! Ya tahu! Tapi karena aku tidak
mau dianggap sebagai adik yang durhaka, maka biarkan Kang Gareng yang
menjelaskan. hehe
Gareng
Halah. Ya sama aja Truk! Syair itu
biasanya diucapkan dalang dalam pembukaan adegan goro-goro. Adegan kita yang
terkenal itu. Syair itu mengajarkan kita bagaimana seharusnya menjaga
ekosistem alam. Sepuluh unsur itu harus selalu berimbang dalam menjaga
kelangsungan hidup. Jika salah satunya rusak, maka akan menimbulkan suatu
masalah yang besar. Contohnya..
Bagong
(memotong tiba-tiba dan menjelaskan dengan
semangat) pembakaran hutan yang tidak di dasari dengan etika-etika alam. Sehingga
menimbulkan banyak persoalan. Kabut asap dimana-mana. Menyebabkan penduduk
terlunta-lunta, anak-anak kecil terkena ISPA, perekonomian macet, kehidupan tidak
berlangsung dengan baik. Bahkan dipaksa berhenti. Padahal itu hanya kepentingan
satu pihak. Tanpa mementingkan pihak yang lain. Mereka yang mendalangi
ongkang-ongkang sambil udut! Pelaku pembakarnya bingung karena api tak kunjung
padam. Padahal mereka hanya diberi ongkos buat beli bensin sama makan. Mereka
tidak tahu apa-apa, dan menjadi kambing hitam dari seluruh kejahatan kapital
yang mendarah daging! Tapi rakyat memang harus menerima dengan besar hati. Legowo dan harus paham, bahwa ini
bencana musim kemarau. Preek! Jalan pintas membakar hutan tanpa memperhitungkan
unsur-unsur keseimbanganya itu pembunuhan terhadap masyarakat yang di paksa
goblok! Mereka justru harus hidup dalam ketidakpastian sikap pemimpinya yang
terlanjur edan! Membiarkan perusahaan kapital yang mementingkan perut sendiri
tanpa mau tahu bahwa berjuta-juta rakyat akan menderita dalam diam, karena
memang harus bungkam! Paling banter mereka cuma update status, sama upload
video yang menyatakan marah dan prihatin. Karena memang hanya itu yang bisa
dilakukan. Begitulah uang menciptakan kejahatanya. Membabi-buta dan memangsa
apa saja. Termasuk daging saudaranya sendiri. Kalau kemiskinan paling-paling
kejahatanya cuma nyuri beras, perampokan yang sedikit digertak beres! Nah,
seperti itulah contohnya, Kang Gareng!
PETRUK DAN GARENG TERBENGONG-BENGONG MENYAKSIKAN
BAGONG YANG PIDATO SAMBIL MARAH-MARAH. MEREKA BINGUNG DENGAN APA YANG
DIBICARAKAN BAGONG.
Gareng
(sambil menelan ludah) Kehidupan macam apa itu, Gong? Negri
apa yang hidupnya begitu?
Bagong
(sombong) entahlah kang! Mungkin negri...
Petruk
(memotong) Tapi setahuku itu bukan di Amarta, Gong! Amarta tidak
begitu melangsungkan hidupnya. Mereka mengusir semua perusahaan asing, dan
berdiri sendiri dengan gagah.
Bagong
Iya po, Kang?
(bingung)
Gareng
Lha yang kamu
bicarakan itu dimana kejadianya, Gong?
Bagong
Waaah.. itu
negri twitter Kang. Aku baca di twitter soalnya.
Petruk dan Gareng
Owalah negri
burung. (kemudian mereka tertawa
bersama)
Petruk
(bingung dan masih mengganjal dengan apa yang
tadi dibicarakan Bagong) tunggu-tunggu.. tapi sebenarnya buat apa kamu
tadi sok pinter pidato di depan kita? Biar di kira hebat dan di puji-puji ya.
Wahh…
Gareng
Biar dianggap
pahlawan gitu, Gong? Kamu ini tidak boleh menyebarkan isu yang tidak-tidak.
Apalagi kamu tidak tahu dasarnya. Nanti kamu nggobloki banyak orang.
Bagong
Betul juga ya
kang? Aku itu
ternyata selain goblok juga sombong ya kang?
Petruk dan gareng bersamaan
Yes!
Bagong
Alhamdulillah! Diakui secara demokrasi.
Petruk
Sak karepmu Gong! eh ngomong-ngomong
enak banget ya kita liburan ini. Kahyangan ini betul-betul enak. Rasanya sudah
lama sekali kita enggak turun ke bumi. Apa kabar ya Raden Arjuna DSK?
Gareng
Apa itu DSK, Truk?
Petruk
Dan Sanak Keluarga. hahaha
Gareng
Ohh asem tenan! Nah, menurut kabar
yang aku baca di twitter, mereka itu sekarang jadi artis,Truk. Sama kayak kita,
lagi cuti, bedanya mereka cutinya dari kelir wayang. Katanya bayaranya murah,
lagian sudah tidak ada yang nanggap.
Bagong
He’eh. Aku juga kang. Waktu itu aku di instagram lihat para
Pandawa dan Kurawa itu poto-poto sama artis bule-bule. Mantap Jaya abadi, yo
kang?
Petruk
Pikiranmu itu kok selalu persoalan
berkembang biak,Gong!
Gareng
Hahaha. Weh lha iya ya, Truk.
Tiba-tiba terlintas dalam benakku, kalo seandaianya waktu perang Bharatayudha
terjadi itu ketika sedang ngetren smartphone gini,sedahsyat apa ya perangnya?
Kalau dulu kan kita langsung adu kesaktian. Tenaga dalam. Meskipun tidak
ketemu, bisa langsung mutah getih ditempat.
Petruk
Lha ya kalo sekarang pasti semakin
canggih, Kang Gareng.
Bagong
Weeh pasti mereka perangnya lewat
Sosial Media. Pandawa update “he kurawa kamu itu raksasa yang kurang gizi.
Besar-besar tapi goblok. sambil dikasih emoticon
ngece bergambar Petruk”
MENDENGAR PERNYATAAN BAGONG YANG IMAJINATIF ITU, SEKETIKA
GARENG TERTAWA TAPI PETRUK MALAH MRENGUT.
Petruk
Ndasmu! Kok aku jadi korbanya. Lha
terus gimana dengan pihak Kurawa, Gong?
Gareng
Pasti Kurawa langsung terbang menuju
Amarta dan menggempurnya.
Bagong
Eee tunggu dulu Kang. Tidak mungkin.
Kesaktian mereka kan sudah luntur. Sebab mereka ndak pernah tirakatan. Kerjanya
ya Cuma suting pelm, makan, tidur dan berkembang biak. Mereka ndak mau kalah.
Mereka update status lebih keras “he guys! Ternyata Pandawa itu banci.
Ganteng-ganteng tapi beraninya menusuk lewat status. Sambil dikasih emoticon Rahwana bawa kipas”
Gareng dan Petruk tertawa
Gareng
Dan selanjutnya sudah bisa ditebak.
Mereka saling hajar lewat status.
Gareng, Petruk, Bagong
Ciee..
Petruk
Kang gareng, aku ini sebenarnya sedih
walaupun kita sedang berbahagia begini.
Bagong
Lha kenapa kang? Gak punya gagdet ya?
Waahh..
Petruk
Bukan begitu Gong! aku sedih karena
kita berlibur tanpa ditemani Papa Semar.
Gareng
Oohhh anak Papa banget lu!
Bagong
Eh.. tapi bener lo, Kang Gareng. Papa
Semar itu kelewatan. Kita diajak liburan malah kita ditinggal disini. Kemana
sebenarnya gerangan, Papa Semar?
Gareng
Gong, Truk, Romo Semar itu Dewa,
jangan disamakan dengan kita-kita. Dewa ya liburanya pasti beda.
Bagong
Wahh pasti Dady Semar liburanya ke
salon, creambath kuncungnya itu.
Soalnya pusing mikirin negara yang pemimpinya punya hobi aneh.
Petruk
Sok tahu kamu, Gong.
Bagong
Jangan salah, Kang Petruk. Apa yang
saya bicarakan ini benar. Pemimpin kok hobinya lempar batu sembunyikan uang.
Weeh ya pusing Dady Semar.
Petruk
Hati-hati, Gong! kalau jaman bapak
pembangunan berani bilang gitu, gak pulang kerumah kamu. Di dor ditempat!
Bagong
Wah! Jangan gitu, Kang. Aku tidak
mungkin mengulangi masa lalu itu. (tiba-tiba
puitis) Perpisahan itu begitu menggelisahkan. Aku di bungkam dalam
kegelapan. Dan aku tidak tahu..
Gareng
(dipotong secara tiba-tiba) halah sok melankolis, Gong! Kalau
bicara itu mbok di analisis. Romo Semar itu sedang liburan di langit sap tujuh
untuk menemui adiknya,Sang Raja Dewa. Romo sedang menemui Batara Guru. Karena
Batara Guru sering BBM RomoSemar. Kangen katanya. Jadi sekalian RomoSemar
semedi disana.
Bagong
Owalah.. romo itu diam-diam saktinya
minta ampun ya kang? Bisa kelangit sap tujuh.
Petruk
Sakti ya sakti Gong. Tapi kok tega
itu lho kita gak diajakin.
Bagong
Memangnya kamu bisa ke langit sap
tujuh, Kang?
Gareng
Nah itulah alasan Romo Semar
meninggalkan kita disini. Karena kita hanya bisa mencapai kahyangan yang
pertama ini. Hanya Romo Semar satu-satunya manusia yang bisa terbang kesana.
Karena RomoSemar adalah Batara yang ngejawantah.
Petruk
Lha kenapa kita tidak diajak terbang
kesana, Kang?
Bagong
Nanti pesawatnya ndak kuat. Lha
wong bawa Romo Semar aja udah kayak bawa
manusia seluruh dunia kok.
Gareng
Kamu itu kok bangga kalo ngawur, Gong!
bukan begitu maksudnya. Masksudnya, Romo Semar adalah wujud gambaran untuk
panutan seluruh umat manusia. Dulu karena Romo Semar ini mampu menelan gunung
jamurdipa, maka Romo Semar juga lambang dari alam semesta.
Petruk
Memangnya ngapain Papa Semar semedi
kesana, Kang? Kan Papa Semar itu sudah hebat, sakti mandraguna, keturunan Dewa lagi.
Gareng
Katanya Romo Semar, dia itu sedang
mengasah Ajimat Kalimasada miliknya. Untuk kepentingan seluruh umat manusia.
Bagong
Weeeh Papa Semar itu suka begitu. Lha
wong para manusia tidak pernah menghargai kita. Datang cuma saat butuh aja.
Kalau tidak butuh ya sudah. Preek!Paling banter mereka itu datang ke kita kalau
kuotanya habis. Dengan dalih kangen. Pengen hiburan. Alasan klasik!
Petruk
Betul. Apalagi sekarang mereka sedang
sibuk membangun candi Mukadimaya. Di twitter, instagram, dan di dunia-dunia
maya lainya, mereka itu sedang gencar promosi. Katanya pembangunan itu untuk
menghormati jaman yang semakin maju ini. Agar kehebatan yang sedang di capai
Negri Amarta ini tidak dilupakan oleh cucu-cicitnya.
Bagong
Jangankan di dunia maya kang. Di
dunia nyata justru lebih gila! Mereka sebenarnya sedang terlena dengan jaman
yang katanya super canggih ini. Mereka lupa kalau sebenarnya mereka itu Satria.
Panutan seluruh umat mayapada, yang sudah seharusnya menebar kebajikan, jujur
dalam bersikap, bijaksana dalam bertindak.
Petruk
Betul Gong. sekarang ini, semuanya
serba aneh. Kehidupan itu sudah bolak-balik. Mereka itu kumpul-kumpul, urun rembug seolah-olah
demi kepentingan bersama, demi kesejahteraan bersama, demi kebahagiaan umat,
padahal di kepala-kepala mereka itu membawa kepentinganya masing-masing. Kalau
di ingatkan malah bandel. Yaaahhh
Bagong
Berarti kan hal-hal yang begitu tadi
cuma dijadikan bedok ya,Kang?
Petruk
Kedok Gong!
Bagong
Lho! Lha memang ada bedanya Kang?
Petruk
Kalau bedok itu ditabuh bunyi, lha
kalau kedok ditabuh sembunyi.
BAGONG DAN PETRUK TERTAWA BERSAMAAN. TIBA-TIBA DARI BELAKANG
MEREKA TANPA MEREKA SADARI GARENG SUDAH SIAP MENGHANTAM MEREKA. SAAT MEREKA
MENOLEH KE BELAKANG MEREKA TERKEJUT. DAN TERJADILAH KEJAR-KEJARAN DIANTARA
MEREKA.
Bagong dan Petruk
Lho kang! Kang! Apa ini kang! Jangan
kang, jangan pukul dedek.
Gareng
Asem tenan! Bocah podo ora waras! Malah menggunjing! Hobi ya kalian!
Suka kalau ada para Gustinya sedang di timpa musibah! Katanya setiap hal yang
terjadi itu nasib. Jadi wajar kalau manusia khilaf. Eh, malah digunjingkan!
Terus apa bedanya kalian dengan manusia yang kalian gunjingkan itu, ha?
PETRUK DAN BAGONG HANYA MENGGELENGKAN KEPALA. KEMUDIAN GARENG
MENGHAMPIRI KEDUA ADIKNYA DENGAN TATAPAN KASIH SAYANG.
Gareng
Lahh.. kok kita malah jadi
berantem-beranteman gini to le. Ayo! Daripada kita marahan lebih baik kita
nyanyi saja, menghibur diri.
Petruk dan Bagong
Setuju kang!
Bagong
Lha niatnya kita kesini kan mau
liburan.
Petruk
Betul. Happy-happy kang.
Gareng
Yasudah, ayo!
MENYANYIKAN TEMBANG “GUNDUL-GUNDUL PACUL” DAN
BERSENANG-SENANGLAH MEREKA. KEMUDIAN PERLAHAN SUASANA BERUBAH, KETIGA PUNAKAWAN
KELUAR. LAMPU PERLAHAN FADE OUT.
BAGIAN III
BUMI SEDANG
DALAM KEADAAN KACAU. SUARA-SUARA PEMBANGUNAN SIANG MALAM TAK PERNAH BERHENTI.
PARA PANDAWA DAN SELURUH RAKYAT AMARTA SIBUK DI DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN ITU.
MEREKA MEMBENTUK GENK-GENK. GENK YUDHISTIRA, ARJUNA, BIMA, NAKULA, DAN GENK
SADEWA.
ADEGAN ITU
DIMULAI DENGAN PERLAHAN SAMPAI LAMA-KELAMAAN MENJADI BEGITU RIUH, CHAOS DAN
AKHIRNYA MEREKA KELELAHAN MENGHADAP BANGUNAN CANDI MUKADIMAYA YANG SAMA SEKALI
TAK BERTAMBAH BENTUKNYA. AKHIRNYA MEREKA SEGERA MENGADAKAN RAPAT BESAR-BESARAN.
Bima
Stop! Stop! Stop! Hentikan. Kita istirahat! Kumpul!
SETELAH SEMUA
RAKYAT DAN PANDAWA BERKUMPUL, BIMA MELANJUTKAN INSTRUKSINYA
Bima
Kurang asin!! Kenapa candi ini tak kunjung jadi
kakang? Kita harus membicarakanya secara khusus.
Nakula
ini semacam kita menggambar di dalam air kakang.
Sadewa
Lalu apa hubunganya dengan kurang asin?
Arjuna
Tidak ada hubunganya, dinda. Maksud kakang Bima dan
dinda Nakula, Pasti ada yang menganggu pekerjaan kita ini.
Bima
Begitulah adanya dengan perasaanku adinda Arjuna.
Sudah kita curahkan seluruh tenaga, harta benda, pikiran, dan perasaan tapi
candi kita ini tak kunjung rampung.
Nakula
Padahal kita juga sudah mengorbankan harga diri.
Sadewa
Bukan hanya korban harga diri, kita juga mengorbankan
harga rupiah, kakang.
Yudhistira
Jika begitu, siapa gerangan yang sampai berani
mengganggu pekerjaan kita ini?
Bima
Ampun kakang. Saya tidak menuduh, tapi kita tahu siapa
lagi tokoh jahat dalam dunia pewayangan kalau bukan pihak Kurawa and the genk.
Arjuna
Begitulah sekiranya dalam benak hamba juga,Kakang.
Tapi setahu saya, mereka sedang sibuk syuting film. Jadi mereka tidak ikut
dalam cerita ini.
Nakula
Oh begitu. (menggebu-gebu)
Atau mungkin bencana asap gara-gara kebakaran hutan di daerah utara yang
tidak segera kita tangani itu juga menjadi penyebabnya, kakang.
Sadewa
Betul kakang, Saya curiga dengan adanya pembakaran alas
mbleber untuk pembukaan lahan baru itu juga mengganggu kakang. Karena asapnya
menyebar hampir ke sebagian wilayah Amarta. Dan itu membuat sebagian rakyat
tidak suka dan akhirnya mengguna-guna pekerjaan kita. Karena mereka pasti
beranganggapan bahwa kita sebagai pelakunya, dan juga secara moral kita
dianggap sebagai pemimpin yang tidak bertanggung jawab.
Yudhistira
Itu di Indonesia bukan di Amarta. Yang teliti kalau
baca berita!
NAKULA DAN
SADEWA AKHIRNYA SALING MENYALAHKAN KARENA SALAH MEMBACA BERITA. KEMUDIAN
TIBA-TIBA DARI GEROMBOLAN RAKYAT MENYELA KETUA ROMBONGANYA.
Ketua Rombongan
Ampun Prabu. Kalau hamba boleh urun rembug. Hamba
ingin menyampaikan sesuatu.
Yudhistira
Silahkan, sampaikan saja. Siapa tahu bisa membantu
memecahkan persoalan yang pelik ini.
Bima
Tapi awas jangan sampai salah baca berita seperti
Nakula sama Sadewa!
Ketua Rombongan
Ampun Prabu. Sepertinya persoalan ini tidak akan
pernah selesai jika kita terus berdebat tanpa ujung begini, Prabu. Kenapa kita
tidak meminta pertolongan kepada Prabu Kresna saja.
Yudhistira
Betul juga usulmu itu. Bagaimana...
Bima
Tidak bisa,Kakang. Kanda Kresna sedang jumpa fans di
luar negri.
Semua pemain
Waduuhh!
KEADAAN MENJADI
RICUH, MEREKA SALING BEREMBUG TAPI TAK KUNJUNG MENEMUKAN SOLUSI. DITENGAH KEKACAUAN
ITU, TIBA-TIBA KELIMA ISTRI PANDAWA MUNCUL DARI ARAH YANG TIDAK MEREKA KETAHUI.
DEWI RAHINA
ISTRI PRABU YUDHISTIRA, DEWI ARIMBI ISTRI BIMA, DEWI SUMBADRA ISTRI RADEN
ARJUNA, DEWI SRENGGANAWATI ISTRI
NAKULA, DEWI SRENGGINIWATI ISTRI SADEWA. MEREKA LANGSUNG MENYERANG DAN
MARAH-MARAH KEPADA SUAMINYA MASING.
Dewi Rahina
Kakang prabu. Sebagai wanita,
apalagi sebagai permaisuri aku ingin mengutarakan isi hati. Kebikjasanaan
seorang raja bukanlah hal yang lagi istimewa apabila permaisurinya tidak merasa
bahagia. Bagaimana mungkin kakanda
mengatakan bahwa ini adalah suatu kebijakan untuk menuju kebajikan, jika rumah
tangga kakanda sudah tidak kakanda perhatikan. Aku ingin menuntut sebagai
permaisuri. Pembangunan candi bukanlah satu-satunya kepentingan kakanda.
Apalagi kami para permaisuri ini tidak di ajak bicara. Kami menuntut sebagai
wanita, kenapa kami dilupakan? Kenapa kami tidak di anggap lagi untuk ikut
andil dalam memikirkan kemajuan negara? Kami ingin kakanda semua sadar. Dan
kembali sebagai ksatria yang menjunjung tinggi kebenaran dalam bertindak!
Dewi Arimbi
Cukup Dewi, saya juga ingin curhat!
Kakang! Kami-kami para permaisuri ini datang kesini karena ingin menuntut! kami
menuntut karena kami tidak di ajak bicara dan di cuekin. Karena kami tidak tahu
untuk apa sebenarnya candi ini di bangun. Tidak ada gunanya. Karena menurut
kami..
Dewi Sumbadra
(menyela obrolan Dewi Arimbi dengan lembut) Kakang
Arjuna..
Dewi Arimbi
(marah kepada Dewi Sumbadra karena dia belum selesai) Dinda! Aku
belum selesai. Sabar dinda. Sabar.
Dewi Srengganawati
Tidak bisa Dewi. Dewi harus adil.
Mentang-mentang Dewi lebih tua, Dewi mau seenaknya saja.
Dewi Sringginiwati
Iya Dewi Arimbi mau main
senior-senioran ya? Harus Dewi tahu ya, kita ini juga sudah tidak sabar mau
nglabrak suami-suami kita yang tidak tahu diri ini!
Dewi Arimbi
Jangan asal menuduh ya! Kalian ini
memang sukanya menyerobot. Antri dong!
Dewi Rahina
Sudahlah dinda. Kita disini kan mau
ngelabrak bukan mau berkelahi..
Dewi Arimbi
Tidak bisa dinda.. ini masalah harga
diri..
Bima
Sudah-sudah! Sebenarnya kalian ini
kenapa? Kok malah berantem. Katakan dengan jujur..
Para Pandawa
Mau apa kalian kesini? Ada masalah
apa? Jelaskan secara akademik!
Para Istri Pandawa
Secara istilah kami Demo! Secara
bahasa kami menuntut! Secara hati.. (tiba-tiba
manja) ingin diperhatikan.
LANGSUNG PARA DEWI MENARIK SUAMI MASING-MASING DAN BERMANJA-MANJA MINTA DI
PERHATIKAN.
Bima
Hentikan! Kita tidak bisa terus
begini. Apalagi keinginan istri-istri kita ini tidak jelas. Tidak bisa di
analisis. Pakai istilah aja salah-salah.
Dewi Arimbi
Memangnya Kakang tahu secara jelas
apa isi hati kami. Ini masalah hati Kakang. Jangan di sama-samakan dengan teori
yang selalu harus jelas. Kakang! Sadar kakang! Kakang sebenarnya sedang
terlena.
Dewi Rahina
Betul Kakang.. jawablah dengan baik.
Apa sebetulnya tujuan pembangunan candi ini kakang? Jangan terlena dengan
keindahan duniawi. Semuanya hanya tipudaya kenikmatan sementara. Kakang jangan
merendahkan diri sebagai ksatria Amarta. Jawab kakang! Jangan hanya pakai otak!
Tapi pakai hati juga.
Dewi Sumbadra
Kalau ada teori tentang cinta aku
beli bukunya kakang. Ini masalah hati kakang! Hati tetaplah hati! Jangan
menuruti hawa nafsumu kakang! Ingatlah tugas-tugasmu sebagai ksatria Amarta.
Dewi Srengganawati
Kami ingin diperhatikan, Kakang.
Alangkah hinanya yang kakang lakukan ini. Meskipun sebenarnya niat kakang ini
baik. Tetapi aku takut kalau kakang terlalu jauh.
Dewi Srengginiwati
Kami ingin disayang, Kakang.
Pikirkanlah kembali. Renungkan baik-baik Kakang! Niat yang baik tidak selamanya
baik, jika tidak diiringi dengan kesadaran dan keseimbangan. Sadar, kakang!
Arjuna
Sudahlah! Lebih baik kalian pulang
dan silahkan belanja ke mall sesuka hati. Kami sedang tidak ingin di ganggu.
Apalagi malah sok dinasehati!
Yudhistira
Biarkan kami menyelesaikan
permasalahan kami. Bukan maksud kami melupakan kalian, para istri. Tetapi kami
sedang melaksanakan tugas penting untuk kesejahteraan Amarta. Pulanglah dan
kami akan tambah jatah belanjanya.
Para Istri Pandawa
Tidak cukup!
Bima
(dengan gaya seperti penyair) Bisa di simpulkan dengan jelas.
Bahwa perempuan tidak hanya butuh laki-laki cerdas, dan kaya. (tiba-tiba bingung dan menangis) lha
terus apa?
Dewi Rahina
Cinta bukan selalu dengan uang
kakang.
Dewi Sumbadra
Kebahagiaan tidak bisa di beli
seharga apapun.
Dewi Arimbi
Kasih sayang bukan berarti belanja
di mall.
Dewi Srengganawati Dan Dewi Srenggginiwati
Dasar! Laki-laki tidak peka!
Para Pandawa
Kalau begitu, apa yang kalian
inginkan?
Para Istri Pandawa
Kami ingin dibelai, di perhatikan,
di sayang, dan dicintai!
DITENGAH KEADAAN YANG SEMAKIN SEMRAWUT ITU MUNCULLAH DEWI KUNTHI TIBA-TIBA
DENGAN WAJAH MURUNG DAN SEDIH MELIHAT PUTRA-PUTRINYA KACAU BALAU.
DewiKunthi
Anak-anakku, ada apa dengan kalian? Kenapa kalian
begitu kacau? Kenapa kalian tidak bisa berpikir jernih sebagaimana harusnya
kesatria? Candi yang kalian bangun bukanlah candi yang sebenarnya candi. Kalian
sebenarnya sedang terlena. Banyak hal yang sebenarnya adalah tanggung jawab
kalian. Mensejahterakan rakyat bukan dengan mengajaknya bersenang-senang dan
akhirnya lupa diri. Sadarlah anak-anakku. Carilah para punakawan. Mintalah
Jimat Kalimasada. Karena kalian sedang membutuhkanya. Candi ini akan sempurna hanya
dengan Kalimasada.
Yudhistira
Ampun ibunda. Ampun beribu ampun. Kami minta maaf jika
selama ini terlalu memikirkan diri sendiri dan melupakan banyak hal. Tetapi
titah ibunda tetap akan kami laksanakan. Karena kami tetap harus menyelesaikan
candi ini. Kami harus tetap membangun, meskipun banyak orang yang beranggapan
bahwa kami tidak adil. Termasuk para istri kami. Karena kami sedang membutuhkan
ini untuk kepentingan pemerintahan Amarta.
Para Istri
Pandawa
Kalau begitu kita minta cerai! (langsung keluar panggung)
Para Pandawa
Dinda!..
Dewi Kunthi
Ibunda tidak bisa mencegah keinginan kalian. Tidak ada
kata terlambat, anak-anaku. Tapi bencilah dengan penyesalan.
DEWI KUNTHI
JUGA IKUT MENINGGALKAN MEREKA YANG SEDANG BINGUNG ANTARA MEMILIH MENERUSKAN
PEMBANGUNAN CANDI ATAU MENDENGARKAN KEMAUAN ISTRI. TAPI MEREKA TETAP MEMUTUSKAN
UNTUK MENERUSKAN PEMBANGUNAN CANDI ITU.
Yudhistira
Dinda Bima, perintahkan seluruh rakyat untuk pergi
menjemput Kakang Semar dan anak-anaknya. Kita akan meminta nasihat sekaligus
meminta Jimat Kalimasada.
Bima
Baiklah! Rakyatku sekalian! Bangun! Meskipun kita
sedang di uji dengan kemurkaan istri-istri kita. Tetapi itu semua jangan sampai
mengganggu semangat kita dalam membangun candi. Ayo! Kita pergi bersama-sama ke
Karang Tumaritis, kita boyong para punakawan untuk meminta jimat kalimasada.
Seluruh Rakyat
Amarta
Ayo!!
BAGIAN IV
SELURUH RAKYAT
AMARTA PERGI BERSAMA DENGAN PENUH SEMANGAT. BERANGKAT KE KARANG TUMARITIS
MENJEMPUT PARA PUNAKAWAN. NAMUN, TIBA-TIBA DARI BANGKU PENONTON, SEGEROMBOLAN
PENONTON MENGHENTIKAN LANGKAH MEREKA.
Penonton 1
Mas, mas jangan ke Tumaritis, para Punakawan tidak ada
disana.
Bima
Lho siapa itu? Berani-beraninya mengganggu
pertunjukan.
Penonton 2
Iya mas, jangan ke tumaritis, nanti ceritanya makin
lama. Kita sudah capek nih.
Penonton 3
Betul mas, masak pertunjukan lama-lama. Kita masih ada
kepentingan lain nih.
Penonton 4
Iya nih mas. Pacar saya udah ngajakin pulang nih.
Penonton 5
Besok kita harus kerja mas. Gak Cuma nonton teater.
Anak istri butuh makan.
Para Pemain
Stage manager! Mana stage managernya?
Bima
Ini ada penonton rusuh nih. Gimana sih panitianya ini?
Stage Manager
Iya maaf mas, maaf. (kepada operator lampu) mas tolong hidupin lampu penontonya mas. (kepada penonton) mas, mbak, kalau mas
sama mbaknya udah gak bisa ngikutin pertunjukanya mas sama mbaknya pulang aja.
Pertunjukanya masih lama ini..
Para Penonton
Lha gimana kita mau keluar. Pintunya di tutup mas.
Kami gak boleh keluar.
Penonton 1
Kami juga udah bayar nih mas! Gimana sih!
Stage Manager
Masak sih bayar mas? Mana Pimpronya?
Pimpro
(Keluar sambil
setengah berlari) eh.. jangan sembarangan ya mas! Ini gratis! Tanpa di pungut biaya
sepeserpun. Ini pasti ada calo-calo yang menipu mas, sama mbak-mbaknya.
Penonton 1
Masak sih ada calo di sini. dikira terminal apa ya?
Penonton kita pulang aja yok. Gak mutu nih pertunjukanya.
PENONTON SUDAH
BERGEGAS PULANG. TAPI DI CEGAH OLEH SUTRADARA.
Sutradara
Tunggu! Tunggu mas! Sebenarnya ada apa sih mas? Apanya
yang tidak mutu? Saya Sutradaranya ini.
Penonton 2
Ceritanya terlalu bertele-tele mas.
Para Pemain
Bertele-tele gimana mas?
Penonton 1
Gini mas, ceritanya ini terlalu bertele-tele. kita kan
udah tahu nih ceritanya tadi. kalau para Punakawan itu lagi liburan ke
kahyangan. masak ceritanya ini masih mau nyari Punakawan ke Karang Tumaritis ,
ya jelas gak ada lah. Gimana sih! Iya gak teman-teman?
Para Penonton
Iya betul.
Penonton 3
Udah pulang aja udah.
Stage Manager
Masak begitu sih? Kok kami gak tahu? Masnya jangan sok
tahu mas.
Para Pemain
Iya. Jangan sok tahu mas!
Penonton 1
Kalau gak percaya tanya aja sama para penonton.
Sutradara
Udah-udah. Iya maaf ya mas. Maaf. Emang begitu
ceritanya. Kalau begitu kita minta maaf, yaudah kita ringkas aja ceritanya ya.
Langsung Arjuna sama Bima ke kahyangan nemuin Gareng, Petruk, sama Bagong. Yang
lain out ya. Maaf ya mas, mbak. Mas, mbaknya boleh duduk lagi.Yahhh Beginilah
keadaan kita sekarang. Waktu adalah segala-segalanya. Kehilangan satu detik
berarti kehilangan berjuta-juta kemungkinan. Apalagi ditengah budaya global ini
kita semakin menjadi seperti diseragamkan. Uang adalah segala-galanya. Karena
begitulah kita di didik oleh jaman. Jadi kita tidak bisa saling menyalahkan.
Harus saling mengerti dan menerima saran dengan besar hati.
Para Penonton
Malah pidato masnya ini!
Sutradara
Oh iya maaf mas. Maaf. Ayo pemusik siap?
Pemusik
Siap!
Sutradara
Lighting siap!
Lighting Man
Oke!
Sutradara
Penonton oke?
Para Penonton
Yoo...
Sutradara
Yaudah SM sama pemain yang gak kebagian adegan out.
Tinggal Bima sama Arjuna yang siap-siap ke kahyangan. ayo. Action!
BAGIAN V
ADEGAN KEMBALI
DIMULAI. MUSIK MENGIRI KEBERANGKATAN ARJUNA DAN BIMA. HINGGA SAMPAILAH BIMA DAN
ARJUNA DI KAHYANGAN, BERTEMU GARENG, PETRUK, DAN BAGONG.
Gareng, Petruk,
Bagong
Ehh.. raden.. ada apa ini? Kok tumben raden-raden ini
datang kemari? Ada apa? Monggo-monggo...
Arjuna
Ampun Kakang, maaf jika kedatangan kami menggangu
liburan, kakang. Tapi amarta sedang tertimpa masalah yang sangat pelik!
Bima
Kami sedang membutuhkan kalimasada untuk menyelesaikan
pembangunan candi mukadimaya, kakang.
Gareng
Oh raden-raden ini sedang mencari jimat kalimasada?
Begitu?
Petruk
Buat apa raden? Bukankah raden sendiri yang
memberikanya kepada Papa Semar.
Bagong
Lha katanya Raden lagi sibuk suting pelm. Tidak bisa
mengurus lagi jimat kalimasada.
Arjuna
Betul kakang, tapi saat ini kita betul-betul
membutuhkanya. Mohon berikan jimat kalimasada kepada kami.
Bagong
Kalau sudah butuh mohon-mohon.
Petruk
Apalagi kalau sudah ngempet. Ya pasti sedikit memaksa.
Bima
Berarti kalian tidak mau memberikan jimat kalimasada
kepada kami? Kalau begitu kami akan melaporkanya kepada Kakang Semar.
Bagong
Lho bener Kang Petruk! Malah mau lapor! Weeh (kepada Bima dan Arjuna) Raden
menantang? Baik, kalau begitu kami tidak berani.
Arjuna
Jangan mempermainkan kami kakang! Kami sedang serius!
Petruk
Lha kalian pikir kita guyon apa? Hoo..
Gareng
Sudah-sudah. Begini raden. Sebetulnya jimat kalimasada
sedang di bawa Romo Semar kelangit sap tujuh. Dan kami pun tidak diajak kesana.
Karena memang tidak ada manusia yang bisa kesana, kecuali Romo Semar.
Bima
Kalau kita tidak di ijinkan dengan meminta secara
baik-baik. Maka, ampuni kami jika kami sedikit mengambilnya dengan paksaan.
Bagong
Lho tetep maksa! Ini di kahyangan lho. Ada aturan!
Jangan main-main!
Arjuna
Ampun Kakang. Bukan Maksud kami menentang peraturan
langit! Tapi Kami sedang betul-betul membutuhkanya.
Petruk
Kami bukanya tidak mau memberikan. Tapi karena memang
kami tidak memegangnya Raden.
Bima
Kami tidak mau tahu! Yang jelas kami harus pulang ke bumi
tidak dengan tangan kosong.
Gareng
Sudah raden. Sekarang raden pulang, semedi dan
berdoalah supaya Romo Semar segera pulang, dan bisa menyelesaikan persoalan
ini.
Bima
Tidak! Kami tidak akan bertele-tele. Kalau kalian tetap
tidak mau memberikan jimat kalimasada. Baik! Kami akan membuat perhitungan di
bumi! Ini bukan ancaman! Tapi peringatan!
KEDUA KESATRIA
ITU SEGERA MELESAT KEMBALI KE BUMI. PARA PUNAKAWAN BINGUNG. TIDAK TAHU
BAGAIMANA HARUS MENCEGAH PARA KESATRIA ITU. DI TENGAH KEBINGUNGANYA MUNCULAH
ROMO SEMAR. SEKETIKA SEMUA TERDIAM. DAN MENCARI KE SEGELA PENJURU ARAH.
Semar
Ealaah laee bumi gonjang-ganjing
langit kelap-kelap. (dengan karakter
khasnya dan suasana yang mencekam)
Gareng
Wah! Lagi diskoan ya ma?
Semar
Gareng, Gareng serius ini le..
Petruk
Ada apa ma? Kita ini kan lagi cuti.
Berlibur di dunia dewa-dewi yang tanpa kesedihan. Lha romo kok malah akting.
Kita ini tidak lagi tanggapan ma.
Gareng
Truk jangan main-main. (kepada Semar) Ma, tadi raden Arjuna
kesini sama raden Bima. Mereka memaksa kita untuk menyerahkan jimat kalimasada.
Petruk
Iya ma. Padahal sudah kita bilangin.
Kalau kalimasada sedang Romo bawa ke langit ke tujuh. Eh malah menantang!
Bagong
Eh bukan Cuma itu ma. Mereka berdua
juga mengancam tadi. kalau mereka tidak mendapatkan jimat kalimasada, mereka
akan membuat perhitungan di bumi. Dikiranya ini pelajaran mate-matika apa.
Semar
Goro-goro..
SEMAR KEMUDIAN NEMBANG:
Dunia yang gegap gempita mencipta
gara-gara
Diawal pergantian jaman
Tanggal satu musim binatang
Seisi bumi bagaikan tergoncang
Laut seperti diaduk
Gelombang setinggi gunung
Tsunami melanda daratan
Akibatnya keringlah lautan
Ikan dan penghuni samudra dipanggang
matahari
Gempa dahsyat menggoncang bumi tujuh
kali sehari
Musibah yang seakan-akan tak pernah
habis
Gunung meletus memuntahkan lahar
Tanah runtuh, jagad laksana pecah
Akibat dahsyatnya gempa itu
Anehnya di tengah gegeran itu
Dua anak bajang asyik bermain
Tak peduli apapun
Yang satu membawa batok lobang tiga
dan apabila mampu bikin kering samudra
Yang lainya menggemgam sapu lidi bila
bisa menggiring angin dan menyapu bersih isi bumi
Pertengkaran dua anak bajang kian
menambah dahsyatnya goro-goro
Huh uh laeee..
Bagong
Waahh memangnya ada apa ini ma? Kok kelihatanya begitu
darurat? Padahal di twitter lagi asyik ma.
Gareng
Weehh ya memang gawat gong. Romo itu laduni. Weruh sak durunge winarah, Romo
itu kan Dewa diatas Dewa.
Petruk
Tul. Romo kan smartphonenya merek Amerika. Lha kita
merek ora weruh oppooppo.
Semar
Petruk, Petruk ini bukan soal merek smartphone. Ini
soal bumi.
Bagong
Ma, kita ini kan sedang cuti, liburan. Lagian para
makhluk bumi sudah tidak butuh kita. Buktinya kita tidak pernah di tanggap
lagi. Para satria juga lagi seenaknya sendiri.
Petruk
Manusia juga sedang asyik twitteran, facebookan, bbman
dan teman-temanya itu. Segala hal harus praktis dan efesien, begitu.
Gareng
Kalau butuh sesuatu tinggal googling. Lupa mandi
tinggal googling. Lupa ibadah tinggal googling. Butuh abdi tinggal googling.
Butuh teman tinggal googling. Pokoknya googling. Tidak lagi membutuhkan
punakawan yang cuma abdi.
Semar
Le, petruk, gareng, bagong. Kita ini punakawan. Tugas
kita adalah membimbing. Nah, Manusia sedang butuh bimbingan. Kita sudah
sepantasnya mengingatkan.
Bagong
Buat apa ma? Kita ini sedang liburan. Biarkan kita
menikmati liburan kita.
Gareng
Iya ma. Lagian dunia sudah tidak butuh kita. Kalau
mereka membutuhkan kita biar pakek video call kan selesai ma.
Bagong
Iya ma. Nanti pak dalang marah kalau kita bermain
tanpa komandonya. Terus kita di pecat. Weeh bisa gawat, ma.
Semar
Eallah lae.. lee dengarkan le. Kita harus tetap
menasehati. Karena itu tugas kita. Sekarang bumi sedang kacau. Para manusianya
sedang sibuk memperbagus mukanya sendiri. meskipun sebenarnya niat mereka baik.
Tapi sebenarnyamereka lupa kalau sebenarnya ada tanggung jawab yang lebih
penting. Walaupun jaman kita sudah serba canggih, sebenarnya ada-adahal yang
tidak bisa dilakukan sebagai sesuatu yang praktis dan efesien. Banyak hal, le.
Beribadah, berteman, bersosial dan berkesenian tidak bisa dilakukan dengan
instan. Harus dengan perenungan, harus dengan jiwa yang bersih. Jangan sampai
kita ini menjadi jiwa-jiwa yang karbitan. Sekarang mereka sedang terlena.
Semuanya beramai-ramai membangun monumen muka mereka masing-masing di setiap
perempatan jalan, di semua tempat-tempat keramaian. Mereka lupa Kalau kita
berbhineka. kalau kita seharusnya punya satu tujuan yang sama. Meski tidak
harus dengan cara yang sama. Tapi ingat! Jangan sampai menunggangi kepentingan
umat!
Petruk, Gareng,
Bagong
Nggeh ma.
Semar
Ayo le. Kekacauan ini harus segera di selesaikan.
Sebelum semuanya semakin tidak terkendali. Kita tidak boleh terus berlibur dan
bersenang-senang. Karena kita adalah panakawan. Jangan bosen-bosen untuk tetap
mengingatkan. Karena tugas kita ini sangatlah mulia. Perintah dari langit.
TEMBANG
PUNAKAWAN
Kita adalah panakawan
Abdi kinasih para satriawan
Kita pembimbing pengusir ragu dan
bimbang
Kita cahaya murni penerang hati
nurani
Kita ibarat pelita penuntun dalam
gulita
Siapa sanggup, le pompa semangat
Saat para satria di hajar putus asa
Panakawan abdi kinasih kang setia
Siapakah le sang penyelamat saat
bahaya menimpa
Panakawan abdi kinasih kang setia
Kita cegah para satria dari buruk dan
nista
Kita hindarkan mereka dari angkara
murka
Kita penghibur jenaka penghilang
nestapa
Kita rela bangun berjaga demi para
satria
Dan mereka kan celaka jika
meninggalkan
Apalagi ditinggalkan para panakawan.
SEMBARI
MENYANYI MEREKA TURUN KE BUMI. MELAYANG,
TERBANG MENUJU AMARTA.
BAGIAN VI
SESAMPAINYA DI
BUMI MEREKA TERKEJUT BERTEMU DENGAN PARA ISTRI PANDAWA YANG SEDANG BERSEDIH.
Semar
Lho kenapa ndoro putri semuanya ada disini?
Bagong
Lha ini sedang bersedih ma. Kok masih ditanya.
Gareng
Ndoro putri ini mungkin lagi butuh kasih sayang, ma.
Petruk
Waah yo aku mau menemani kalau begitu kang.
Semar
Le sudah-sudah.. kita dengarkan, ada apa sebenarnya
dengan ndoro putri kita ini?
Dewi Rahina
Begini kakang semar. Kami sedang bersedih. Suami-suami
kami seenaknya sendiri memikirkan kepentingan mereka.
Dewi Sumbadra
Betul kakang semar. Mereka sedang lupa. Lupa kalau
sebenarnya mereka hanya membangun eksistensi mereka sendiri. Membangun citra
mereka sendiri.
Dewi Arimbi
Apalagi mereka membangun candi kebanggaan mereka itu dengan
mengatasnamakan kepentingan rakyat. Sehingga seluruh rakyat terhasut dan
ikut-ikutan membangun.
Dewi
Srengganawati
Padahal yang mereka bangun itu Cuma khayalan. Cuma
angan-angan saja.
Dewi
Srengginiwati
Sampai-sampai mereka semua melupakan kami, dan tidak
mengurus kami. Kami mohon kakang semar bantulah kami mengingatkan mereka.
Para Istri
Pandawa
(memohon) Bantulah kami kakang.
Semar
Ohh begitu. Baiklah. Gareng, Petruk, Bagong.
Gareng, Petruk,
Bagong
Nggeh ma
Semar
Ayo kita segera ke tempat pembangunan candi itu,
sebelum semuanya semakin rumit.
Bagong
Yo ayo! Lha romo yang ngajakin mampir kesini kok.
Semar
Hust! Ayo ndoro putri. Kita segera kesana.
BERANGKATLAH
MEREKA MENUJU TEMPAT PEMBANGUNAN CANDI MUKADIMAYA. SESAMPAINYA DISANA. MEREKA
MERASA ANEH. KARENA TEMPAT ITU BEGITU SEPI. PETRUK, BAGONG DAN GARENG SEGERA
MEMBUKA PAGAR PEMBATAS BANGUNAN ITU. TERKEJUTLAH MEREKA, KARENA DIBAWAH
BANGUNAN CANDI YANG BELUM SELESAI ITU ADA IBU KUNTHI DALAM KEADAAN DISANDRA.
MEREKA SEGERA MENOLONG. SAAT MEREKA HENDAK MELAKSANAKAN NIATNYA, TIBA-TIBA
MEREKA DISERGAP OLEH SEGEROMBOLAN PANDAWA BESERTA RAKYATNYA.
Yudhistira
Akhirnya kalian datang juga. Selamat datang Kakang
Semar.
Semar
Raden? Apa yang sebenarnya raden-raden ini lakukan?
Bima
Kami tidak punya banyak waktu, Kakang Semar. Berikan
jimat kalimasada sekarang juga.
Gareng
Ohh.. gendeng! Tetep aja maksa, Ma!
Arjuna
Lebih baik segera serahkan, Kakang! Sebelum kami semua
gila beneran!
Bagong
Hahaha lha kalian kira kalian semua ini waras? Ibu
sendiri kok di sandra.
Nakula
Tidak perduli! Yang jelas kami butuh jimat itu.
Sadewa
Kami mohon, sebelum terjadi pertumpahan darah, Kakang.
Petruk
Ya ini yang namanya orang bodoh tapi mbagusi! Kalian itu apa tidak sadar
dengan apa yang kalian lakukan? Makanya jangan ngurusi muka-muka kalian
sendiri. Nih lihat! Pakek mata! Ibu sendiri di sandera, istri di telantarkan...
Bima
Halah banyak omong! (Bima hendak menyerang, tapi ditahan oleh Semar)
Semar
Raden-raden, sabar raden. Baiklah! Saya akan berikan
jimat kalimasada, tapi dengan syarat.
Yudhistira
Apa syaratnya kakang?
Semar
Kita tukar jimat kalimasada dengan kebebasan ibu
kunthi.
SEMUA PANDAWA
TERTAWA TERBAHAK-BAHAK MENDENGAR PERNYATAAN SEMAR.
Bagong
Lho malah ketawa. Asu!
Yudhistira
Baiklah! Kami setuju. Karena memang itu rencana kita
dengan menyandra Ibu Kunthi, Kakang.
Gareng, Petruk,
Bagong
Lho! Asu tenan to!
SEMUA PANDAWA
KEMBALI TERTAWA. LALU DI LEPASKANLAH IKATAN DEWI KUNTHI. DAN SEGERA PANDAWA
MEMINTA JIMAT KALIMASADA.
Yudhistira
Ibu Kunthi sudah kami lepaskan. Cepat berikan apa yang
Kakang Semar janjikan.
Bima
Ayo segera berikan! Hahaha
Semar
Kami tidak akan memberikan jimat kalimasada, sebelum
kalian mengerti apa sebenarnya jimat kalimasada itu.
Arjuna
Kakang semar. Sebaiknya kakang jangan bermain-main
dengan kami. Segera berikan atau kami rampas dengan paksa.
Semar
Silahkan raden memaksa. Yang jelas jimat kalimasada
tidak bisa kami berikan.
Bima
Bangsat! Kalau begitu kalian semua memaksa kami dengan
kekerasan! Maafkan kalau kami lancang Kakang Semar!
PANDAWA SEGERA
MENYERANG GEROMBOLAN PUNAKAWAN. TERJADILAH PERTEMPURAN DAHSYAT. KEDUA KELOMPOK
SAMA-SAMA SAKTI. NAMUN AKHIRNYA PARA PANDAWA BERHASIL DIKALAHKAN.SEKETIKA ITU
BUMI MENJADI GELAP. DAUN-DAUN KERING BERGUGURAN. PARA PANDAWA TAK BERDAYA. IBU
KUNTHI HANYA BISA MENANGIS. SEDANGKAN ISTRI-ISTRINYA HANYA MEMANDANG TANPA BISA
BERBUAT APA-APA. SEPERTI ADA HUKUMAN BERAT YANG SEDANG TERJADI DI DALAM JIWA
PARA PANDAWA. SEOLAH KEHIDUPAN BERHENTI. MENYAKSIKAN SEJENAK PENYIKSAAN BATIN
ITU. DARI ATAS LANGIT, TERDENGAR TEMBANG
MACAPAT “DURMA”. MENGALUN. MEMBASAHI JIWA PARA PANDAWA YANG KERING. JIWA MEREKA
MELAYANG TANPA TUJUAN.
Tembang Macapat
Durma :
Kae manungsa golek upa angkara
Sesingidan mawuni
Nggawa bandha donya
Mbuwang rasa agama
Nyingkiri sesanti ati
Tan wedi dosa
Tan eling bakal mati
Sesingidan mawuni
Nggawa bandha donya
Mbuwang rasa agama
Nyingkiri sesanti ati
Tan wedi dosa
Tan eling bakal mati
PARA ISTRI PANDAWA TAK TEGA
MENYAKSIKAN SUAMI-SUAMI MEREKA TAK BERDAYA. KESAKITAN TAPI TAK BISA BERBUAT
APA-APA. PARA ISTRI PANDAWA SEGERA MENGHATURKAN
SEMBAH KEPADA DEWI KUNTHI.
Dewi Rahina
Ampun. Beribu ampun, ibunda. Kami mohon dengan segala
kenistaan diri. Bantulah para Pandawa mengakhiri siksaanya ini. Kami tidak
sanggup melihatnya begitu menderita.
Para Istri
Pandawa
Akhirilah penderitaan ini ibunda. Kami sanggup
menggantikanya.
Dewi Kunthi
Anak-anaku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Inilah
hukuman dari langit. Inilah titah alam. Lebih baik kita minta bantuan, Kakang
Semar. Siapa tahu beliau bisa membantu meringankan beban suami kalian.
DEWI KUNTHI DAN
PARA ISTRI PANDAWA SEGERA MENGHAMPIRI SEMAR DAN KETIGA ANAKNYA YANG TENGAH BISU.
MEREKAPUN SEBENARNYA TIDAK TEGA MELIHAT PARA BENDORONYA BEGINI TERSIKSA.
Dewi Kunthi
Demi Dewata.. hamba tidak mampu menyaksikan hukuman
ini, Kakang Semar. Bantulah kami. Bantulah para Pandawa agar mereka bisa
mengakhiri hukuman yang teramat berat ini. Tidakkah langit Maha Adil. Hamba
rela sebagai gantinya di kawah candradimuka.
Para Istri
Pandawa
Kami juga bersedia, Kakang Semar.
SEMAR TETAP
MEMBISU. NAMUN ANAK-ANAKNYA YANG MEWAKILI JAWABAN.
Gareng
Dewi-Dewi semuanya tenang. Ibu Kunthi jangan terlalu khawatir.
Rama Semar sedang menunggal di dalam
dirinya.
Petruk
Betul. Ibu Kunthi dan Dewi-Dewi tidak perlu galau.
Rama Semar pasti sedang berdialog dengan para Pandawa di alam lain.
Bagong
Memang. Begitulah cara Rama Semar menghadapkan
jiwanya. Manunggal kepada alam untuk berbicara kepada langit, tentang apa yang
sebenarnya sedang di alami gusti-gusti ini.
SEMAR TIBA-TIBA
BERBICAR TANPA MEMBUKA MATA
Semar
Hamba pun senasib seperasaan dengan
Ibu Kunthi, juga para Dewi-Dewi (kepada
ketiga anaknya)Gareng, petruk, bagong, ayo panjatkan do’a untuk keteguhan
hati para bendoro kita ini. Agar mereka mampu menghadapi takdir yang sedang
dihadapkan alam kepada jiwa-jiwa mereka ini. Ayo le.
Bagong
Ayo,Ma. Tapi, Rama jangan merem. Jadi serem ini, Ma.
Semar
(dengan membuka
mata perlahan) ayo, le. Mari dewi. Ajak semua orang bermunajat melangitkan harapan
kepada Sang Hyang Agung.
KEMUDIAN
MEREKA, SAMA-SAMA MEMANJATKAN DO’A. MEMINTA PERTOLONGAN AGAR LANGIT MENGAKHIRI
SIKSAANYA.
Duh gusti mugi paringo ing margi kaleresan
Kados margine manungso kang panggeh kenikmatan
Sanes margine manungso kang Paduka laknati
Doa ini, adalah
shalawat yang biasa dilantunkan Cak Nun dalam pangajian di Rumah Maiyah.
DO’A ITU
MENGUDARA. PERLAHAN-LAHAN PARA PANDAWA BERHASIL MENGEMBALIKAN JIWANYA. MEREKA
SADAR DAN PERLAHAN MENANGIS TERSEDU-SEDU. PARA PUNAKAWAN, DEWI KUNTHI, DAN
SELURUH ISTRI PANDAWA PERLAHAN JUGA MENGAKHIRI PANJATAN DO’ANYA. KEMUDIAN PARA
ISTRI PANDAWA MENGHAMPIRI SUAMINYA HENDAK MENOLONG, NAMUN PARA PANDAWA MENOLAK.
Para Pandawa
Hentikan Dewi!
Para Istri
Pandawa
Kakang.. (sembari
tersedu)
Yudhistira
Ibunda. Aku mewakili sulung Pandawa. Menghaturkan
sembah dan permohonan maaf sedalam-dalamnya. Kami semua khilaf dan terlena.
Kami semua sudah durhaka kepada Ibunda. Kami siap menerima hukuman yang
terberat dari Ibunda, karena kami sadar, tidak akan ada hukuman yang setimpal
dengan kekejaman kami, ibu. (kepada
Semar) Kakang Semar, kami semua,tidak kuasa jika harus menanggung
penderitaan sepahit ini. Kakang Semar tentu lebih paham. Kami semua sudah
mendurhakai kodrat langit. Kami melupakan kalian, para Punakawan, yang
sesungguhnya adalah penuntun hati kami. Kami menyerah, Kakang Semar. Lebih baik
kami semua di hukum mati daripada harus hidup menanggung malu!
Bima
Bunuhlah kami, Kakang Semar! Bunuhlah kami, Ibunda!
Bunuh sekarang juga! Biar candradimuka yang menghukum kami.
Dewi Kunthi
Tidak anak-anaku. Ini hanya sebagian kecil saja dari
persoalan kehidupan. Putus asa bukanlah sifat ksatria.
Arjuna
Ksatria pantang mencabut sumpahnya, ibunda! Aku akan
menghabisi nyawaku sendiri jika kakang semar tidak bersedia melakukanya.
Dewi Kunthi
Apa yang akan kalian lakukan? Apa kalian pikir dengan
bunuh diri semuanya akan berakhir? Tidak anaku! Justru hal ini harus terlebih
dahulu di benarkan! Agar kesalahan ini tidak lagi terulang!
Yudhistira
Apa yang bisa kami lakukan, ibunda? Jika kami sudah
menodai sifat-sifat ksatria!
Nakula
Kenapa langit mengirimkan kisah seperti ini kepada
kami ibunda?
Sadewa
Apa sebenarnya salah kami? Jika kami adalah para
ksatria pembela kebenaran di bumi, kami menuntut nasib kepada langit!
Dewi Kunthi
Kalian tidak bisa menyalahkan langit anak-anaku.
Inilah pesan langit untuk disampaikan kepada seluruh makhluk mayapada. Dan
kalianlah yang bertugas menyampaikan pesan ini. Meskipun kalian harus menodai
kebaikan kalian sendiri.
Para Pandawa
Ampun Ibunda!
PARA PANDAWA
SEMAKIN PUTUS ASA. DAN MENANGIS TERSEDU-SEDU. TIDAK LAGI TAHU APA YANG HARUS
MEREKA LAKUKAN.
Gareng
Waahh.. raden-raden ini kok malah nangis. Ksatria
tidak pantas menangis dalam menghadapi segala persoalanya, Raden.
Petruk
Betul! Apalagi disini ada istri raden. Seluruh rakyat
amarta butuh kegagahan Pandawa. Bukan keputusasaanya.
Para Istri
Pandawa
Kami semua merindukan, Kakanda. Kami siap melayani
Kakanda di Kerajaan lagi.
SEKETIKA KETIGA
PANAKAWAN, GARENG, PETRUK, BAGONG MENGGODA.
Gareng, Petruk,
Bagong
Cieee...
Bagong
Lho! Benar to Raden. Ayo bangun. Jangan
nangis-nangisan. Nanti dikira sinetronan!
Gareng dan
Petruk
Gong! jaga rahangmu, Nak!
Para Pandawa
Kang Gareng, Kang Petruk, Kang Bagong, kami
menghaturkan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya kepada, Kakang semua.
Gareng, Petruk,
Bagong
Permohonan maaf diterima dengan senang hati, Raden.
Bagong
Ditambah emoticon senyum sama cium ya, Kang?
Gareng, Petruk
Bagong! tak
kepruk ndasmu lho!
SEMAR YANG
SEDARI TADI DIAM ANGKAT BICARA.
Semar
Sudah-sudah le. Gustinya masih sedih kok malah
dibecandain. Ora nduwe tatakrama podoan!
Petruk
La itukan tugas kami, Ma. (sambil tersenyum) Menghibur!
Semar
Uwes-uwes. Ora
rampung-rampung iki dramane!
Bagong
Waah iya, Ma. (kepada
Petruk) Nanti penontonya ngamuk lagi, modar kowe, Kang!
Gareng
Ohh.. bocah enom
kurang ajar! Kuwalat kowe!
Semar
Uwes-uweslah! (kapada
para Pandawa) Anak-anaku, bersabarlah menghadapi nasib. Inilah titah alam.
Betul memang apa yang dikatakan oleh Ibu Kunthi.
Para Pandawa
Lalu apa sebenarnya jimat kalimasada itu, Kakang
Semar?
Semar
Kalimasada adalah hatimu, le. Keyakinanmu terhadap
muara dari hidupmu. Dan sekarang kalimasada telah ada dan hidup di hati semua
orang. Hanya kesadaran dan keteguhan hati, serta keimanan yang kuat, yang akan
membuatnya berguna dalam diri manusia. Begitu juga dalam hatimu.
Para Pandawa
Terima kasih, Kakang Semar.
Yudhistira
Lalu apa yang
mesti kami lakukan sekarang, Kakang Semar?
Semar
Sekarang berdirilah raden-raden. Tataplah kedepan.
Itulah jaman yang akan datang. Bersiaplah! Persiapkan generasi untuk hidup di
jaman yang akan lebih sakit. Bersiaplah! Masih banyak yang harus dilakukan. Candi
Mukadimaya adalah salah satu peringatan bagi kita semua. Terlalu memuja diri
sendiri dan terlena dengan kehebatan dunia yang justru kita tidak tahu kemana
arah tujuanya. Kembalilah kepada diri kalian. Ini juga demi generasi masa
depan! Biarkan mereka hura-hura, selvi-selvi, dan menebar ke-aku-anya di jaman
tekhnologi yang serba canggih ini. Kita ambil positivnya saja. Tak perlu terjun
kedalamnya, cukup cicipi dan rasakan kenikmatanya. Tapi ingat! jangan sampai
terlena. Begitulah cara nenek moyang mengajarkan! tak perlu menjadi barat untuk
menerima apa yang di tawarkanya. Tak perlu menjadi arab untuk menerima apa yang
di bawanya. Karena inilah kita. Negri yang punya keikhlasan dan sikap yang
luhur. Tak mudah terlena dan selalu menjunjung tinggi kebenaran.
Para Pandawa
Paham, Kakang Semar!
Petruk
Waah.. kalau persoalanya sudah selesai gini jadi
romantis ya, Ma?
Gareng
Aku juga seneng, Truk! Akhirnya raden-raden semua
sudah sadar.
Bagong
(Berteriak kegirangan) waaaaahh!!! Akhirnya! Kita
liburan lagi!
Semar
Eeee jangan seneng-seneng dulu, le! Ini baru awal. Dan
dari sinilah perjalanan di mulai. Negri ini sudah tidak membutuhkan sepuluh
pemuda untuk menggoncang dunia. Kita hanya membutuhkan satu kepedulian. Jaga
hatimu, jaga prasangkamu. Curigalah terhadap apapun. Termasuk kepentingan dalam
hatimu sendiri, le.
PERLAHAN LAMPU
FADE OUT DAN KISAH INI DI AKHIRI DENGAN LAGU “GUGUR
GUNUNG”. SELURUH PENYAJI DAN PENONTON
MENYANYIKAN LAGU INI BERSAMA-SAMA HINGGA SELESAI.
JURUSAN
TEATER, INSTITUT SENI INDONESIA, YOGYAKARTA 24 OKTOBER 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar