Lalu lalang
suara motor masih ramai terdengar dari sudut telinga
Wajar saja
kontrakan kecil ini hanya berjarak sepuluh meter dari jalan raya
Pagi
ini,catatan usang yang lama kutinggalkan mengepul bebas diantara
dinding-dinding kamar
Merasakan
getaran otak yang setiap malamnya selalu berdenyut lebih kencang dari biasanya
Meraung
lemah
Mendesah
resah
Menjerit
meminta pertolongan
Selalu aku
bicarakan bersama Tuhan disini.
Disetiap
jeritan dan erangan jalang nurani hati.
Maafkan aku
Tuhan. Allah ku Yang Maha Segalanya.
Bahkan
sampai detik ini aku masih egois. Sangat egois.
Dengan penuh
permintaan tanpa balasan.
Ya. Aku
jahat Tuhan.
Sangat
jahat.
Merengkuhkan
diri dihadapanmu dengan wajah berbalut dusta
Yang sungguh
Kau pun benar-benar tahu.
Tuhan, Jika
saat itu aku dicaci selalu menyebutMu palsu,
Menurut
Mu,apakah saat ini aku masih sama?
Jika iya,apa
teguran Mu?
Pagi
ini,seorang lelaki menugurku halus.
Berbicara
lantang tanpa suara yang terdengar riuh ditelinga.
Tentang
cinta. Hal yang selalu diperbincangkan hamba Mu di dunia.
Aku lemah.
Tanpa bantuan Mu.
Yang selalu
aku khawatirkan.
Yang selalu
membuat otak kembali di ayun-ayunkan.
Dengan
nikmat Mu,aku lemah.
Perasaan
seperti apa bahagia itu Tuhan?
Yang seperti
apa cinta Mu itu?
Yang seperti
inikah? Atau seperti itu?
Dan tepat
ketika Kau rogohkan aku tak bisa menolak.
Tenggorokan
yang selalu haus
Serta perut
yang selalu lapar.
Lelaki yang
bagaimana yang Kau gariskan?
Aku ingin
Engkau Allah.
Yang selalu
aku agungkan dan kusebut namaNya berkali-kali.
Yang tak
pernah menyakiti.
Yang tak
pernah mengecewakan.
Yang tak
pernah salah.
Yang tak
pernah marah jika aku tak berbuat salah.
Yang
menegurku ketika lemah.
Yang
memelukku ketika sakit.
Yang
memperhatikanku ketika engah.
Yang menuntunku
ketika jatuh.
Yang ada
ketika aku butuh.
Yang
memperingatkan ketika salah.
Yang tak
pernah dusta akan janji.
Adakah yang
lebih baik dari Mu?
Rasuki aku
Allah. Dzat Yang Maha Segalanya.
Mabukkan aku
dalam kehangatan itu.
Aku mau
Allah.
Aku mau.
Jakarta,2
Maret 2015, 00;58